Senin, 31 Oktober 2011

Askep Xeroftalmia, Benda Asing Pada Mata dan Telinga, serta Proses Pembentukan Air mata

Created By ; 3@
BAB
PEMBAHASAN

A.  ASKEP XEROPTALMIA
KONSEP DASAR MEDIK
1.    PENGERTIAN
Xeroptalmia adalah suatu penyakit mata akibat defisiensi vitamin A dengan kekeringan epitel biji mata dan kornea.
2.    PENYEBAB
Xeroftalmia terjadi akibat penerimaan vitamin A yang kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah kekurangan vitamin A juga erat hubungannya dengan beberapa penyakit seperti diare, campak. Di indonesia diperkirakan 30% dari semua kasus xeroftalmia didahului oleh penyakit campak, 20% oleh karena penyakit infeksi lain yang disertai demam.
3.    PATOLOGI
Xerosis yang terjadi pada defisiensi vitamin A merupakan xerosis epitel. Xerosis pada hipovitaminosis A berupa kekeringan khas pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata. Xerosis disertai dengan pengerasan dan penebalan epitel. Letak xerosis ini biasanya pada konjungtiva bulbi di daerah celah kelopak kantus eksternus. Bila mata digerakkan maka akan terlihat lipatan yang timbul pada konjungtiva bulbi
Konjungtiva di daerah ini terlihat kering dan terlihat sedikit kering. Bila kekeringan ini menggambarkan bercak bitot maka bercak ini berwarna seperti mutiara yang berbentuk segitiga. Bercak bitot seperti terdapat busa di atasnya. Bercak ini tidak dapat dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk kembali. Terdapat dugaan bahwa bahwa busa ini merupakan akibat adanya kuman corynebacterium xerosis.



4.    TANDA DAN GEJALA
a.    Hemeratopia (buta senja atau buta ayam)
Pada tahap ini, penglihatan anak cukup baik dalam keadaan tentang, tetapi akan menjadi kurang baik pada keadaan remang-remang, misalnya pada senja hari.
b.    Xerosis conjunctivae
Bagian putih mata menjadi kering, kusam, tegang dan keriput.
c.    Bercak bitot
Pada bagian mata yang putih timbul bercak putih bseperti buih sabun atau kadang-kadang seperti lemak.
d.   Xerosis kornea
Bagian mata yang hitam menjadi kuning, keruh, dan keriput. Kadang-kiadang timbul pula bercak sehingga mengganggu penglihatan.
e.    Keratomalasia
Bagian mata yang hitam menjadi lunak dan rusak yang mengakibatkan kebutaan.
Gejala xeroftalmia sebelum mencapai keratomalasia masih dapat diupayakan pemulihannya dengan memberikan vitamin A yang cukup jumlahnya.
5.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
-       Tes adaptasi gelap
-       Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg / 200 ml menunjukkan kekurangan intake)
6.    PENATALAKSANAAN
a.    Pencegahan
1)   Jangka panjang
-       Pendidikan pemberian makanan yang baik
-       Pemberian makanan dengan vitamin A
2)   Jangka pendek
Pemberian vitamin A 200.00 IU pada balita tiap 6 bulan atau 300.000 IU vitamin A tiap 1 tahun.
b.    Memperbaiki nutrisi dengan diet TKTP
c.    Memperbaiki penyakit infeksi yang ada
d.   Pengobatan
-       Pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik, yaitu vitamin A oral 50.000-75.00 IU/kg BB, tidak boleh lebih dari 400.000-500.000 IU
-       Pengobatan kelainan pada matanya (sesuai dengan stadiumnya) menurut FKUI
1)   Stadium I : Tidak perlu pengobatan
2)   Stadium II : Berikan salep AB
3)   Stadium III : Berikan sulfaatropin 0,5% tetes mata pada anak atau SA 4% pada orang dewasa.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
a.    Aktivitas / Istirahat
Gejala  : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan khususnya pada senja hari
b.    Neurosensori
Gejala  : Gangguan penglihatan (kabur / tidak jelas) khususnya pada sore hari, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat, perubahan respons biasanya terhadap tangsang
Tanda : Kekeringan pada konjungtiva bulbi. Bagian mata putih timbul bercak seperti buih sabun, kering, kusam tegang dan keriput. Bagian mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput dan timbul bercak yang menganggu penglihatan.
c.    Makanan / Cairan
Gejala  : Tidak suka mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah
Tanda : Menolak jika sayur-sayuran dan buah
d.    Nyeri / Keamanan
Gejala  : Ketidaknyamanan ringan / mata kering, sakit kepala

e.    Integritas Ego
Gejala  : Peningkatan kepekatan atau kegelisahan
Tanda : Cemas, marah, depresi. Ketidaknyamanan juntuk berkonsentrasi dalam membuat keputusan, ketakutan dan ragu-ragu.
f.     Interaksi Sosial
Gejala  : -    Perasaan isolasi / penolakan
-       Perasaan kesepian
-       Ketidaknyamanan dalam situasi sosial
-       Menggambarkan kurang hubungan yang berarti
Tanda  : -    Keinginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang lain
-       Kontak mata buruk
g.    Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala  : -    Riwayat keluarga xeroftalmia
-       Timbulnya penyakit kebutaan(gangguan penglihatan) dipengaruhi oleh faktor makanan khususnya yang mengandung vitamin A
h.   Pemeriksaan Diagnostik
1)   Tes adaptasi gelap
2)   Kadar vitamin A darah (kadar < 200 mg / 200 ml menunjukkan kekurangan intake)
2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Gangguan sensori-persepsi penglihatan
b.    Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
c.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3.    INTERVENSI KEPERAWATAN
a.    Gangguan sensori-persepsi penglihatan
Berhubungan dengan :
-       Gangguan penerimaan sensori / status organ indra
-       Lingkungan secara terapeutik dibatasi

Ditandai dengan :
-       Menurunnya ketajaman, gangguan penglithatan
-       Perubahan respons biasanya terhadap rangsang
Planning :
Tujuan : Sensori-perseptual : penglihatan tidak mengalami perubahan
Dengan Kriteria :
-       Meningkatnya ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
-       Mengenal gangguan sensori dan berkompetensi terhadap perubahan
-       Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi / Tindakan
1)   Kaji ketajaman penglihatan
Rasional : Untuk mengetahui tajam penglihatan klien dan memberi penglihatan menurun ukuran baku yang ada.
2)   Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
Rasional   :            Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki (meskipun dengan pengobatan) kehilangan lanjut dapat dicegah.
3)   Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan penglihatan, contoh: Kurangi kekacauan, atur perabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah penglihatan malam.
Rasional   :            Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang / kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
4)   Kolaborasi :
a)    Tes adaptasi gelap
Rasional   :       Untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi penglihatan klien
b)   Pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah
Rasional   :       Untuk mengetahui keadaan defisiensi kadar vitamin A dalam darah sebagai pemicu terjadinya penyakit xeroftalmia.
c)    Pemberian obat sesuai indikasi
-       Pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000 – 75.000 IU/kg BB tidak boleh lebih dari 400.000 – 500.000 IU.
Rasional :  Pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan penglihatan tahap dini. Dengan memberikan dosis vitamin secara teratur dapat mengembalikan perubahan penglihatan pada mata.
-       Pengobatan kelainan pada mata :
Ü Stadium I : Tanpa pengobatan
Ü Stadium II : Berikan AB
Ü Stadium III : Berikan sulfa atropine 0,5 %, tetes mata pada anak atau SA 4 % pada orang dewasa
Rasional :  Mengembalikan ke fungsi penglihatan yang baik dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

b.   Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan, dintandai dengan :
-       Mata hitam menjadi kering, kusam, keruh, keriput dan timbul bercak yang mengganggu penglihatan
-       Keluhan PA penglihatan pada senja hari
Planning :
Tujuan : Cedera tidak terjadi
Dengan kriteria
-       Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan


Intervensi : Tindakan
1)   Orientasi klien dengan lingkungan sekitarnya
Rasional   :            Meningkatkan pengenalan terhadap lingkungannya
2)   Anjurkan keluarga untuk tidak memberikan mainan kepada klien yang mudah pecah seperti kaca dan benda-benda tajam
Rasional   :            Menghindari pecahnya alat mainan yang dapat mencederai klien atas benda tajam yang dapat melukai klien
3)   Arahkan semua alat mainan yang dibutuhkan klien pada tempat yang sentral dari pandangan klien
Rasional   :            Memfokuskan lapang pandang dan menghindari cedera

c.    Ansietas berhubungan dengan :
-       Faktor fisiologis
-       Perubahan status kesehatan : kemungkinan / kenyataan
-       Kehilangan penglihatan
Dintandai dengan :
-       Ketakutan, ragu-ragu
-       Menyatakan masalah tentang perubahan hidup
Planning :
Tujuan :  Klien akan mengungkapkan bahwa kecemasan sudah berkurang / hilang
Dengan kriteria :
-       Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
-       Menunjukkan keterampilan pemechan masalah
-       Menggunakan sumber secara efektif




Intervensi / Tindakan
1)   Kaji tingkat ansietas, timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini
Rasional   :            Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol terapi yang diberikan.
2)   Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan
Rasional   :            Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
3)   Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
Rasional   :            Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4)   Identifikasi sumber / orang yang menolong
Rasional   :            Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah

B.  ASKEP BENDA ASING
Benda asing = Benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada.
1.    PADA MATA
KONSEP DASAR MEDIK
a.         Anatomi dan Fisiologi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1)        Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2)        Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah.
3)        Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
-               Otot-otot penggerak bola mata
-               Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
-               Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4)        Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
-               Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
-               Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
b.        Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius . Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinyadidalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut :
1)   Mecanical effect.
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2)   Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi kuman tetanus.
Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi ( reaction of ocular tissue )


c.          Penyebab
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon.
d.        Tanda dan Gejala
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.
e.          Penatalaksanaan
-       Anamnesa kejadian trauma
-       Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
-       Pemeriksaan dengan optalmoskop
-       Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
-       Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
-       Perawatanluka
-       Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit pusat.
-       Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan mata. Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
-       Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada permukaan mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar, penyembuhannya akan berlangsung selama 1-3 hari.
-       Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera hubungi dokter spesialis mata.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a.         Pengkajian
1)   Riwayat Penyakit
a)   Keluhan utama
Mata berair dan terasa panas bila kena sinar matahari penglihatan kabur pada mata sebelah kanan.
b)   Riwayat penyakit sekarang
Pasien berkunjung ke rumah sakit dengan keluhan mata berair dan terasa panas bila kena sinar matahari penglihatan kabur pada mata sebelah kanan.
c)    Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya mata pasien kena getah buah papaya pada 6 bulan yang lalu dan hanya diberi obat tetes mata biasa.
d)   riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang menular ataupun keturunan seperti TB dan DM.
2)   Pemeriksaan fisik
a)    Keadaan umum
è Kesadaran pasien compos mentis.
è Tanda-tanda vital
-       TD : 130/90 mmhg
-       Respirasi : 24 x/menit
-       Nadi : 80 x/ menit 
-       Suhu : 36 0C.
b)   Data fokus
Inspeksi : Tampak ada sulurnya pada mata sebelah kanan,mata berair.
Palpasi : Tidak dilakukan.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Tidak dilakukan.
Pemeriksaan Visus :
V OD : 6/9 ph maju 6/7
V OS : 6/9 ph maju 6/7
b.        Diagnosa Keperawatan
1)        Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan penerimaan sensori akibat pterigium
2)        Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya partikel benda asing pada mata
3)        Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan.
c.          Perencanaan
1)   Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan penerimaan sensori akibat pterigium
Tujuan: 
-       Meminimalkan penerimaan sensori akibat pterigium
-       Tanda tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
& Tentukan ketajaman mata pasien,catat apakah satu/dua mata yang gejala terlibat
Dengan dilakukannya pemeriksaan ketajaman mata maka dapat diketahui keadaan /letak ptrigium.
& Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar.
orientasi pada lingkungan dapat mencegah terjadinya resiko cedera.
& Letakan barang yang dibutuhkan pasien didekatnya.
Dengan meletakan barang di dekat pasien dapat mencegah resiko cedera 
& Libatkan pasien dan orang lain dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari hari.
dengan melibatkan keluarga di harapkan kebutuhan aktivitas sehari hari dapat terpenuhi.
& Gunakan kaca mata anti ultraviolet (kolaborasi dengan optik).
Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman
& Kolaborasi dengan dokter SP.mata.
vasacon A 6x1 tetes 
Flamar 2x1 S : Pasien mengeluh matanya masih berair dan terasa panas, penglihatan kabur. 
2)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya partikel benda asing pada mata.
Tujuan:
-       Meminimalkan resiko infeksi
-       mengurangi gejala iritasi
Intervensi:
& Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata
Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi pada mata.
& Gunakan tunjukkan tehnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan.
Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
& Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata
Mencegah kontaminasi
& Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak membengkak, drainase purulen
Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
3)    Potensial infeksi, penyebaran ke mata yang tak sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :
-       Infeksi tidak menyebar ke mata sebelahnya
Intervensi:
& Monitor pemberian antibiotik dan kaji efek sampingnya
mencegah komplikasi
& Lakukan tehnik steril
mencegah infeksi silang
&  Lakukan penkes tentang pencegahan dan penularan penyakit
memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi dir
i

2.    PADA TELINGA
KONSEP DASAR MEDIK
a.    Pengertian
Telinga adalah organ peng-inderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasuk-kan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap enteng oleh setiap orang.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus
b.   Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
Ü Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Ü Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama yang bisa dilakukan:
1)   Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.


2)   Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
3)   Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
4)   Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
c.    Manifestasi klinik 
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Ü Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Ü Tersumbat :
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
Ü Pendengaran terganggu :
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Ü Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
Ü Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
d.   Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dll.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.
e.    Pemeriksaan Penunjang
1)   Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
Ü Bersihkan serumen
Ü Lihat kanalis dan membran timpani

Interpretasi :
Ü Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
Ü Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang gendang.
Ü Kemungkinan gendang mengalami robekan.
2)   Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
a)    Lepaskan semua alat bantu dengar
b)   Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
c)    Berdirilah dengan jarak 30 cm
d)   Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
e)    Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
3)   Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
a)    Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
b)   Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c)    Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
d)   Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
Ãœ Normal                   :  Suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
Ãœ Tuli kondusif         :  Suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
Ãœ Tuli sensorineura    :  Suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.
4)   Uji Rine
a)    Membandingkan konduksi udara dan tulang
b)   Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c)    Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
d)   Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
e)    Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
Ü Normal: terdengar terus suara garpu tala.
Ü Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif)
f.     Pencegahan
Usaha pencegahan
1)   Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.
2)   Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.
g.    Penatalaksanaan
Ü Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.
Ü Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Jika benda asing serangga yang masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin.
Bila ada laserasi liang telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu. Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pada membran timpani.
Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a.    Pengkajian
1)   Riwayat masuknya benda asing pada telinga
Tanyakan kepada klien mengenai proses terjadinya peristiwa benda asing masuk ke telinga, apa jenis benda asing yang masuk apakah itu serangga, manik-manik, kerikil dll, tindakan yang sudah dilakukan di rumah.
2)   Riwayat kesehatan
a)    Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, rasa tidak enak ditelinga.
b)   Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan degan gangguan pendengaran karena benda asing adalah kebiasaan dan kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar .
c)    Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea, kehilangan pendengaran. Data dikumpulkan mengenai durasi dan intensitas masalahnya, penyebabnya dan penanganan sebelumnya.
d)   Pemeriksaan Fisik
                                                i.     Inspeksi
Insfeksi daun telinga
Caranya:
Ãœ Dewasa  : Ditarik keatas-kebelakang
Ãœ Ana        : Kebelakang
Ãœ Bayi       : Kebawah
Diperhatikan:
Ü Posisi
Ü Warna
Ü Ukuran
Ü Bentuk
Ü Kesimetrisan
Ü Seluruh permukaan dan lateral
                                              ii.     Palpasi
Ü Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Ü Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
Ü Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
b.   Diagnosa Keperawatan
1)   Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
2)   Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi
3)   Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
4)   Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan,
c.    Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1)   Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik, kimia. Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
-       Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-       Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
Intervensi :
a)    Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-5)
b)   Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery.
c)    Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
-       Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.
-       Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
-       Membantu mengurangi nyeri
2)   Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi. Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat.



Kriteria Hasil :
-       Pasien dapat mendengar dengan baik tanpa alat bantu pendengaran, mampu menentukan letak suara dan sisi paling keras dari garputala, membedakan suara jam dengan gesekan tangan
-       Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya
Intervensi :
a)    Observasi ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
b)   Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau , jika diperlukan seperti musik lembut
c)    Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
-       Mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
-       Membantu untuk menghindari masukan sensori pendengaran yang berlebihan dengan mengutamakan kualitas tenang
-       Mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan
d.   Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani. Setelah diberikan asuhan keperawatan, risiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
-       Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa)
-       Tanda- tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
1)   Observasi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsiolesa)
2)   Observasi tanda-tanda vital
3)   Pertahankan tehnik aseptik dalam melakukan tindakan


4)   Kolaborasi : Berikan antibiotika sesuai indikasi
a)    Mengetahui tanda-tanda terjadinya infeksi dan indicator dalam melakukan intervensi selanjutnya
b)   Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
c)    Tindakan aseptik saat merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
d)   Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur dan menurunkan risiko infeksi
e.    Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, pengobatan. Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan.
Kriteria Hasil :
-       Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami
-       Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
Intervensi :
1)   Kaji tingkat pengetahuan pasien.
2)   Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.
3)   Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
Rasional :
1)   Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi
2)   Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan
3)   Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan.


C.  PROSES LAKRIMASI / PEMBENTUKAN AIR MATA
Sistem lakrimal menjaga lingkungan lembab untuk mata bagian eksternal anterior. Produksi air mata memberikan pelumas alami dan mengencerkan serta membasuh partikel asing. Ada dua macam airmata yang biasanya diproduksi : airmata pelumas, mengandung lemak, air, dan mukosa, dan airmata aqueus dihasilkan sebagai respons emosi dan iritasi dan hanya mengandung air. Airmata berair berlebihan tidak akan melekat pada mata tapi akan tertumpah ke pipi.
Airmata mengandung berbagai komponen yang dihasilkan oleh sejumlah kelenjar. Kelenjar lakrimal, yang memproduksi airmata berair, terletak di bagian anterior lateral atap orbita bagian atas. Lokasi ini memungkinkan airmata membasahi mata secara diagonal ke arah kantus medial. Kelenjar lakrimal asesorius menjaga mata bagian anterior tetap lembab. Terdiri dari kelenjar Zeis (sebaseus) dan Moll (siliaris) yang terletak dalam batas kelopak mata. Kelenjar meibom tambahan (sebaseus) terletak pada satu barisan sepanjang tarsus kelopak mata (kerangka lebar kelopak mata) dan berperan dalam komponen minyak dalam air mata. Lapisan minyan ini melindungi lapisan air mata agar tidak menguap atau membanjir. Juga menjamin penutupan kelopak mata yang kedap udara, menjaga lapisan air mata, dan menjaga permukaan optikal yang lembut dan reguler.
Sel Goblet dalam konjungtiva menambahkan musin kedalam lapisan airmata, yang melekat pada epitel kornea. Kondisi yang melibatkan setiap bagian dari “pabrik air mata” ini dapat mengubah fungsi penting tersebut. Pembentukan air mata yang kurang atau penutupan kelopak mata yang salah dapat mengakibatkan kekeringan dan kerusakan mata bagian eksternal.
Air mata, yang meninggalkan mata melalui sistem pengaliran lakrimal ke dalam sinus nasalis, ke luar melalui puncta, dua lubang kecil pada aspek atas dan bawah kantus medialis. Dari situ airmata mengalir melalui kanalikuli atas dan bawah, yang kemudian bergabung menjadi sakus dan duktus lakrimalis, dan ke sinus nasalis. Selama menangis, produksi airmata berlenihan akan melebihi kapasitas “kandung” lakrimalis dan airmata tumpak ke pipi. Faktor yang mempengaruhi pengaliran airmata yang baik meliputi trauma pada setiap bagian sistem lakrimal, peradangan dan pembengkakan, penimbunan sekresi, dan kelebihan produksi air mata.




























DAFTAR PUSTAKA

Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol.3. Edisi : 20. Jakarta : EGC

Arief, Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapeus : EGC

Doenges,Marilynn,E.et.al.(1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan  dan  Pendokumentasian  Perawatan  Pasien,  Edisi  3,  EGC, Jakarta.

Guyton,A.C&Hall,J.E(1996).Buku ajar fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (ed8). jakarta:penerbit buku kedokteran EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta : EGC