Senin, 12 Maret 2012

Askep Dermatitis


BAB
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.    PENGERTIAN
Dermatitis adalah epidermo yang berupa gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak imflamasi eritema.
(Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta : EGC)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( umlamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari.
( Brunner dan Suddart dan pembentukkan sisik 2000 )
Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal
( www.blogdokter,net2007)

2.    ETIOLOGI
Penyebab Dermatitisbelum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis (Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta” ). Dermatitis juga ada klasifikasinya :
1)   Dermatitis kontak yang disebabkan oleh kontak dengan zat pewarna,zat detergen.
2)   Dermatitis atopik yang disebabkan sensitif terhadap serum . obat-obatan, reaksi abnormal karena perubahan suhu.

3.    MACAM-MACAM DERMATITIS
a.    Dermatitis Kontak
-       Sinonim : Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain.
-       Penyebab :
1)   Zat iritan misalnya asam atau alkali.
2)   Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
1)   Dermaitis Kontak Iritan :
Ü Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Ü Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
Ü Gejala klinis dipengaruhi keadaan kulit pada waktu kontak antara lain, faktor kelembaban, paparan dengan air, panas dingin, tekanan atau gesekan. Kulit kering lebih kurang bereaksi.
2)   Dermatitis Kontak Alergik :
Ü Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
-       Diagnosis banding :
Dermatitis numularis, dermatitis seboroika, dermatitis atopik.
-       Pengobatan :
ð Menghindari penyebab.
ð Simtomatik
ð Topikal :
o  Apabila basah : kompres PK 1/10.000
o  Apabila kering : Kortikosteroid\
ð Pada keadaan berat – per oral :§
o  Antihistamin
o  Kortikosteroid
b.   Dermatitis Atopik
-       Sinonim :  Neurodermatitis disseminata; prurigo diathesique Besnier.

-       Penyebab :
1)   Gangguan fungsi sel limfosit T dan peningkatan kadar Ig E
2)   Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya. Gejala klinis edema, vesikel sampai bula, dapat pula disertai ekskoriasi. Keadaan kronik terdapat penebalan kulit, likenifikasi dan hyperpigmentasi. Gatal dari ringan sampai berat, disertai rasa terbakar. Keadaan akut disertai rasa tidak enak badan
-       Lokalisasi sesuai umur penderita dibagi:
Ü Tipe infantile     :  Muka, terutama kedua pipi (disebut milk eczema), kepala, ekstremitas, badan dan bokong. Biasanya usia 2 bulan – 2 tahun.
Ü Tipe anak-anak  :  Muka, tengkuk, lipat siku dan pergelangan tangan. Lesi bersifat sub-akut.
Ü Tipe dewasa      :  Fosa poplitea, lipat siku dan tengkuk, dahi, daerah yang terpapar matahari. Lesi bersifat kronis.§
-       Diagnosis Banding :
Dermatitis seboroika, dermatitis herpetiformis dan keratosis folikularis (penyakit Darier) 
-       Pengobatan :
Ü Keadaan ringan diberikan pengobatan topikal.
Ü Sistemik : Antihistamin. Keadaan sangat eksudativ, diberikan kortikosteroid jangka pendek.
Ü Salep kortikosteroid. Keadaan infeksi dikombinasi dengan antibiotika. Bila diduga mengalami infeksi dengan kandidosis dapat diberikan campuran kortikosteroid dan anti kandida.à Topikal : Keadaan akut dan basah diberi kompres.

-       Tanda Diagnostik :
o  Lokalisasi – daerah lipatan flexor ekstremitas.
o  Terdapat stigmata atopic
o  Gatal
c.    Dermatitis Numularis
-       Sinonim : Dermatitis Diskoid, Neurodermatitis Numularis.
-       Penyebab :
Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk keadaan.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi fenomena Koebner.
Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh.
-       Diagnosis Banding :
Dermatitis atopik, neurodermatitis.
-       Pengobatan :
Ü Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti histamin.
Ü Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1 : 10.000
Ü Lesi kering : salep kortikosteroid.
Ü Bila ada infeksi sekunder ditambahkan antibiotika sistemik.
-       Tanda Diagnostik :
o  Bentuk lesi numuler
o  Sifat lesi membasah
o  Gatal
d.   Neurodermitis Sirkumskripta
-       Sinonim :
Liken Simpleks Kronis
-       Penyebab :
Tidak pasti.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo nodularis.
Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan, lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal, scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
-       Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan kemudian menghilang bila tidak digaruk.
ð Sistemik : Sedativa atau Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal.
ð Topikal : Salep Kortikosteroid.
ð Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi (ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi, misalnya triamsinolon.
-       Prognosis :
Baik, tetapi sering pula residif.
e.    Dermatitis Statis
-       Sinonim :\
Dermatitis Hemostatika.
-       Penyebab :
Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah thrombophlebitis.
-       Insidens :
Orang dewasa dan orang tua.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
-       Komplikasi :
Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum.
-       Diagnosis :
Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama, erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema terutama di pergelangan kaki.
-       Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak.
-       Pengobatan :
o  Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus 1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %.
o  Obat topikal : Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid.
o  Bila eksudatif , diberi kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari).
o  Bila ada infeksi sekunder diberi antibiotika.
-       Prognosis :
Residif.
f.     Dermatitis Seboroika
-       Sinonim : Seborrheic Eczema, Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide.
-       Penyebab :
Tidak diketahui.
-       Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :
Ü Jenis makanan berlemak
Ü Banyaknya keringat
Ü Stress emosi
-       Insidens :
Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak umur 6 – 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 – 40 tahun.
-       Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
F Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
F Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.
F Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
F Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
-       Diagnosis Banding :
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis.
-       Pengobatan :
ð Umum   :  Diet rendah lemak.
ð Sistemik   :       Antihistamin, pada kasus berat, kortikosteroid.
ð Lokal     :  Preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai selenium sulfida.
-       Prognosis :
Kronik residif.


4.    PATOFISIOLOGI
Histamin dianggap sebagian zat penting yang memberikan reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotoksis dan menekan produksi sel,sehingga sel mempunyai kemampuan untuk melepaskan histamin. Sementara histamin itu sendiri tidak dapat menyebabkan lesi pada kulit tapi zat tersebut dapat menyebabkan pruritus dan eritema , mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi pada kulit.

5.    MANIFESTASI KLINIK
-       Adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibis) dan gangguan fungsi kulit.
-       Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema dan edema. Edema sangat jeas pada kulit yang longgar misalnya muka ( terutama palpebra dan bibir. Dan genetalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
-       Dermatitis madidans ( basah ) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis artinya terdapat vesikel-vesikel pungtiformis yang berkelompok dan kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustul jika disertai infeksi.
-       Dermatitis sika ( kering ) berarti tidak madidas. Bila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi dan sebagian sekuele terlihat hiperpigmrntas atau hipopigmentasi.


6.    KOMPLIKASI
-       Infeksi saluran nafas atas
-       Bronkitis 
-       Infeksi kulit

7.    PENATALAKSANAAN MEDIS
a.    Pemeriksaan penunjang :
1)   Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
2)   Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi.
b.    Terapi
1)   Terapi sitemik
Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2)   Terapi tropical
Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diber saleb
3)   Diet
Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP )
Contoh : Daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

8.    PENYIMPANGAN KDM





































B.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
a.    Identitas Pasien.
b.    Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c.    Riwayat Kesehatan.
1)   Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2)   Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3)   Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4)   Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5)   Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2.    PEMERIKSAAN FISIK
a.    Subjektif :
Gatal
b.    Objektif :
-       Skuama kering, basah atau kasar.
-       Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
-       ( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
-       Kerontokan rambut.

3.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis
b.    Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit
c.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit
d.   Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

4.    INTERVENSI
a.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
-       Adanya skuama kering, basah atau kasar.
-       Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Intervensi :
-       Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.
-       Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.
-       Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :
o  Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
o  Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)


b.   Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : 
(Kemungkinan yang terjadi)
-       Insomnia
-       Keletihan dan kelemahan
-       Gelisah
-       Anoreksia
-       Ketakutan
-       Kurang percaya diri
-       Merasa dikucilkan
-       Menangis.
Intervensi :
-       Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.
-       Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
o  Tinggal bersama pasien.
o  Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.
o  Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
o  Perlihatkan rasa empati.
o  Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas.
-       Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).
-       Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.



c.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
-       Klien mungkin merasa malu.
-       Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
-       Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
-       Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Intervensi :
-       Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
-       Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.
-       Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
-       Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan.
-       Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.

d.   Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan : 
-       Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi :
-       Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.
-       Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik.
-       Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.
-       Tekankan pentingnya personal hygiene.

5.      EVALUASI
a.    Mencapai pengetahuan dan pemahaman terhadap proses penyakit serta terapinya.
-       Mendeskripsikan psoriasis dan terapi yang dipreskripsikan
-       Mengutarakan dengan kata-kata bahwa trauma, infeksi dan stres emosional merupakan faktor pemicu
-       Mempertahankan pengendalian penyakit dengan terapi yang tepat
-       Memperagakan penggunaan terapi topikal yang benar
b.   Mencapai kulit yang lebih halus dan pengendalian lesi.
-       Tidak ada lesi baru yang timbul
-       Mempertahankan kulit agar selalu terlumasi dan lunak
c.    Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri
-       Mengidentifikasi orang yang bisa diajak untuk membicarakan perasaan dan keprihatinan
-       Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi
d.   Tidak mengalami artritis psoriatik
-       Tidak mengalami gangguan rasa nyaman pada sendi
-       Lesi kulit dapat dikendalikan tanpa peluasan penyakit
















DAFTAR PUSTAKA

Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta.

Stephen J. McPhee. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC.

www.blogdokter,net2007

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar