Senin, 12 Maret 2012

Askep Kritis Ibu Pd Masa Partum Normal dan Askep Ibu Kritis Pd Masa Post Partum Brmasalah


BAB
PEMBAHASAN

ASKEP KRITIS IBU PADA MASA PARTUM NORMAL
A.  PERAWATAN PAYUDARA
1.    Tujuan Perawatan Payudara
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.    Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
b.    Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
c.    Untuk menonjolkan puting susu
d.   Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
e.    Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
f.     Untuk memperbanyak produksi ASI
g.    Untuk mengetahui adanya kelainan
h.    Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.
2.    Pelaksanaan Perawatan Payudara
a.    Persiapan Alat
1)   Baby oil secukupnya.
2)   Kapas secukupnya
3)   Waslap, 2 buah
4)   Handuk bersih, 2 buah
5)   Bengkok
6)   2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
7)   BH yang bersih dan terbuat dari katun
b.   Persiapan Ibu
1)   Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk.
2)   Baju ibu bagian depan dibuka
3)   Pasang handuk
3.    Pelaksanaan Perawatan Payudara
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan, yaitu:
a.    Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.
b.    Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
c.    Penonjolan puting susu yaitu :
1)   Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
2)   Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
3)   Memakai pompa puting susu
4)   Pengurutan payudara:
a)    Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
b)   Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30 kali
c)    Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan colostrums.
d)   Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.
4.    Perawatan Semasa Hamil
Saat seorang wanita hamil, terjadi perubahan-perubahan pada tubuhnya yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah hati. Perubahan-perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan pada kulit, perubahan pada payudara, dll.
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah yang sangat besar kepada kaum wanita di mana ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi, komposisinya paling          
lengkap, dan tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia.
Perawatan payudara selama hamil memiliki banyak manfaat, antara lain:
-       Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
-       Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
-       Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancer  .
-       Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya.
-       Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.
-       Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi. Kasus-kasus yang sering terjadi antara lain:        
Ü ASI tidak keluar. Inilah yang sering terjadi. Baru keluar setelah hari kedua atau lebih.
Ü Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap.
Ü Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi.
Ü Infeksi pada payudara, payudara bengkak atau bernanah.         
Ü Muncul benjolan di payudara, dll.
Kasus-kasus tersebut insya Allah bisa dicegah dengan melakukan perawatan payudara sedini mungkin. Berikut ini perawatan payudara yang bisa dilakukan:
a.    Umur kehamilan 3 bulan      
Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. Putting susu yang normal akan menonjol keluar. Apabila puting susu tetap datar atau masuk kembali ke dalam payudara, maka sejak hamil 3 bulan harus dilakukan perbaikan agar bisa menonjol. Caranya adalah dengan menggunakan kedua jari telunjuk atau ibu jari,         
daerah di sekitar puting susu diurut ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai semua daerah payudara. Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit.
b.    Umur kehamilan 6-9 bulan
-       Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa.
-       Puting susu sampai areola mamae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap) dikompres dengan minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu sehingga mudah dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat iritasi karena dapat menyebabkan puting susu lecet.
-       Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke arah luar (searah dan berlawanan jarum jam).
-       Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut ke arah puting susu sebanyak 30 kali sehari.
-       Pijat kedua areola mamae hingga keluar 1-2 tetas.
-       Kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering dan bersih.
-       Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara,
jangan memakai BH yang ketat dan menekan payudara.
5.    Perawatan Pasca Kehamilan
Bagi seorang wanita, payudara adalah organ tubuh yang sangat penting bagi keberlangsungan perkembangan bayi yang baru dilahirkannya. Payudara memang secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan. Tetapi bukan berarti seorang wanita atau ibu tidak perlu merawat payudaranya.
Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah dihisap oleh bayi. Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Selain faktor teknis ini tentunya air susu ibu juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu.
Faktor nutrisi bisa dipenuhi dengan tambahan asupan kalori 500 kkal per harinya, khususnya nutrisi kaya protein (ikan, telur, hati), kalsium (susu), dan vitamin (sayur, buah). Juga, banyak minum air putih. Faktor psikologis pun penting dalam menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stess saat menyusui.
Untuk itu, langkah-langkah dibawah ini semoga dapat membantu Anda kaum wanita dalam merawat payudara.
a.    Siapkan alat dan bahan berikut        
-       Baby Oil atau Minyak kelapa bersih       
-       Gelas
-       Air hangat dan dingin dalam baskom kecil
-       Dua buah handuk mandi bersih
-       Kapas
-       Handuk kecil atau washlap untuk kompres
b.    Kompres puting susu dengan kapas yang dibasahi baby oil selama beberapa menit
c.    Lakukan pengurutan payudara sebagai berikut :
1)   Pengurutan Pertama
-       Licinkan kedua tangan dengan minyak. Tempatkan kedua tangan diantara payudara.
-       Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan telapak kanan ke arah sisi kanan.
-       Lakukan terus pengurutan ke bawah dan ke samping.
-       Ulangi masing-masing 20 hingga 30 gerakan untuk setiap payudara.
2)   Pengurutan Kedua
-       Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dengan pinggir kelingking tangan kanan urut payudara dari pangkal hingga puting susu. Lakukan juga untuk payudara sebelah kanan.
-       Ulangi masing-masing 20 hingga 30 gerakan untuk setiap payudara.
3)   Pengurutan Ketiga
-       Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri sedang tangan kanan mengepal dan mengurut dengan buku-buku jari pangkal ke arah puting susu.
-       Lakukan juga untuk payudara sebelah kanan.           
-       Ulangi masing-masing 20 hingga 30 gerakan untuk setiap payudara.
4)   Pengurutan keempat
-       Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal payudara ke arah puting susu sebanyak satu kali      
5)   Pengurutan kelima
-       Pijat puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung dengan tempat yang bersih/gelas.
6)   Pengompresan
-       Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama dua menit, lalu ganti dengan kompres air dingin dua menit dan yang kompres lagi dengan air hangat selama dua menit.

B.  VULVA HYGIENE
1.    Pengertian
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
2.    Tujuan
a.    Untuk mencegah infeksi
b.    Untuk penyembuhan luka jahitan perineum
c.    Untuk kebersihan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi klien.
3.    Persiapan Alat
a.    Kapas sublimat
b.    Alas pantat
c.    Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
d.   Betadin dan kain kasa
e.    Bengkok
4.    Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
5.    Pelaksanaan
1)   Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
2)   Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukan
3)   Perawat mencuci tangan
4)   Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5)   Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbent
6)   Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7)   Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8)   Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka libia minora. Vulva dibersihkan mulai dari libia minora kiri, libia minora kanan, libuia mayora kiri, libia mayora kanan, vestibulum, perineum.
9)   Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10)    Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11)    Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12)    Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13)    Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula

C.  SENAM NIFAS
Senam nifas merupakan senam yang dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan sampai hari ke sepuluh. Senam nifas ini dilakukan dengan catatan bahwa kondisi ibu sudah benar-benar pulih dari proses melahirkan. Banyak diantara ibu-ibu yang masih tidak mengetahui apa saja gerakan senam nifas dan manfaatnya bagi kesehatan ibu setelah melahirkan.
Senam nifas ini sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh ibu setelah melahirkan. Manfaat yang bisa didapat dari melakukan senam nifas ini adalah untuk membantu penyembuhan rahim, perut dan otot panggul, serta membantu meningkatkan kemampuan menghadapi stress dan bersantai, mencegah turunnya organ-organ panggul, mengatasi masalah seksual, dan memperlancar peredaran darah.
Sedangkan untuk gerakan senam nifas itu sendiri adalah sebagai berikut:
a.    Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang.





b.    Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping.





c.    Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan pantat kemudian diturunkan kembali.




d.   Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat.



e.    Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya.



f.     Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90o secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan.




g.    Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian.






h.    Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk (sit up)








D.  TEKNIK MENYUSUI
1.    Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994)
2.    Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
a.    Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
b.    Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
c.    Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
3.    Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.






Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)






Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)







Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.




Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)





Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)



Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)




Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)




Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

4.    Langkah-langkah menyusui yang benar
-       Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)
Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
-       Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
-       Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
-       Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)
Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)
5.    Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a.    Bayi tampak tenang.
b.    Badan bayi menempel pada perut ibu.
c.    Mulut bayi terbuka lebar.
d.   Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
e.    Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
f.     Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g.    Puting susu tidak terasa nyeri.
h.    Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i.      Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)
6.    Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)

ASKEP IBU KRITIS PADA MASA POST PARTUM BERMASALAH
A.  PEMBENGKAKAN PAYUDARA
Radang Payudara Pada Ibu Menyusui ( Mastitis Puerperalis )
Radang payudara pada ibu menyusui merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian kita. Akibat kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara yang benar seringkali menjadi faktor pencetus radang payudara. Selain nyeri dan menyebabkan penderitaan bagi ibu menyusui juga dapat merugikan bayi karena tidak bisa mendapatkan ASI.
1.    Apa yang di maksud dengan Radang payudara ( Mastitis ) ?
Adalah radang pada payudara yang disebabkan karena infeksi  kuman pada jaringan payudara
2.    Apa yang dimaksud dengan Mastitis puerperalis ? mengapa bisa terjadi pada ibu menyusui ?
Radang payudara atau mastitis puerperalis disebabkan karena infeksi pada jaringan payudara. Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui. Timbul akibat pembendungan produksi ASI dan masuknya kuman - kuman pada daerah puting susu yang luka dan tidak bersih. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah Staphylococcus aureus.
3.    Apa saja Gejala dan tanda radang payudara yang perlu diwaspadai pada ibu menyusui ?
Payudara tampak sangat tegang berwarna kemerahan dan membengkak, terasa sangat nyeri bila disentuh di sekitar payudara. Benjolan pada payudara yang mengalami mastitis berisi cairan. Peradangan payudara masa menyusui ini adakalanya disertai keluarnya cairan dari puting susu ibu, cairan berupa nanah.yang disebabkan adanya abses (kumpulan nanah) dalam rongga di jaringan kelenjar payudara (abses).
4.    Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi radang payudara pada ibu menyusui ?
a.    Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI ekslusife.
b.    Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara (baca perawatan payudara masa nifas di link)
c.    Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
d.   Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila puting bernanah  atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat
e.     Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan
f.     Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.
g.    Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI.
h.    Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola (lingkaran hitam sekitar puting), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan.
5.    Bagaimana Pengobatan radang payudara pada ibu menyusui ?
-       Pengobatan radang payudara pada ibu menyusui bila sampai mengeluarkan nanah maka pemberian ASI dihentikan dulu, Pemberian terapi obat -obatan harus sesuai petunjuk tenaga kesehatan. Bila peradangan payudara hingga menyebabkan terjadinya abses maka perlu dilakukan tindakan drainase (penyaluran nanah).
-       Perbanyak minum air putih 2 liter setiap hari selama masa menyusui terutama bila terserang infeksi / radang payudara.






B.  PERDARAHAN DAN THOMBOLIBITIS
KONSEP DASAR  MEDIK
1.    Perdarahan
a.    Pengertian
Perdarahan adalah suatu kejadian dimana terdapatnya saluran pembuluh darah yang putus atau pecah (arteri,vena ataupun kapiler) akibat suatu trauma,dapat terjadi pada pembuluh darah bagian luar maupun bagian dalam.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian. Hanya henti nafas (respiratory arrest) mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu dari pada perdarahan yang masif. Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher, tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu (1) sampai (3)tiga menit. Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan kematian dalam tiga puluh (30) detik.
Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan pervaginam 500 ml atau lebih sesudah anak lahir. Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Pendarahan pasca persalinan dapat disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta, retensio plasenta, inversio uteri, laserasi jalan lahir dan gangguan pembekuan darah.
b.   Tipe Perdarahan
Ada 3 tipe perdarahan, yaitu :Arterial
1)   Pada perdarahan arterial ini darah tampak keluar menyemprot / memancar, dan berwarna merah segar
2)   Pembuluh darah balik (venous)
Pada perdarahan “venous”, darah keluar mengalir dan berwarna kehitaman / agak gelap

3)   Kapiler
Sedangkan perdarahan kapiler, darah keluar merembes (perdarahan sedikit) dan berwarna merah segar.
c.    Pengkajian
-       Perdarahan Eksternal, jika berlebihan akan terlihat jelas pada pakaian. Jika seseorang menggunakan pakaian yang tebal perdarahan mungkin tidak terlihat. Pemeriksaan harus cepat-cepat memeriksa tubuh pasien dengan membuka pakaian terlebih dahulu, yakinkan bagian-bagian yang terbawah sudah diperiksa. Pakaian yang berlumuran darah dapat digunting sehingga daerah yang terluka dapat diperiksa. Kulit kepala mengandung banyak pembuluh darah, lacerasi kecil pun dapat menyebabkan perdarahan yang hebat.
-       Perdarahan Internal sukar diidentifikasi. Perdarahan didalam rongga (pneumothorak) bisa menghambat pernafasan dan akan mengakibatkan nyeri dada. Perdarahan pada rongga perut akan menyebabkan kekakuan pada otot abdomen dan nyeri abdomen. Hemoptysis dan hematemisis menunjukkan adanya perdarahan di paru-paru atau perdarahan saluran pencernaan. Shock dapat terjadi pada perdarahan internal dan eksternal yang hebat. Korban dikaji terhadap nadi yang sangat cepat tetapi lemah, pernafasan lambat dan dangkal, kulit dingin, cemas gelisah dan haus. Pupil sama, dapat berdilatasi dan responnya terhadap cahaya sangat lambat.
d.   Tindakan Mengatasi Perdarahan
Secara umum tindakan untuk mengatasi perdarahan adalah dengan :
ü Pertama-tama angkat daerah luka,kemudian tekan dengan telapak tangan dengan menggunakan perban,kain ataupun pembalut dan jangan dengan benda -benda lain seperti kopi, daun-daunan yang dapat menyebabkan luka jadi kotor dan mudah terinfeksi.
ü  Jika luka luas dan besar tekan sumber perdarahannya/ luka tersebut dengan dengan hati-hati sambil memantau apakah perdarah tersebut sudah berhenti atau belum Kedua angkat luka perdarahan agar lebih tinggi dari jantung untuk memudahkan sebaiknya perderita dibaringkan sehigga luka perdarahan dapat lebih tinggi dari jantung misalkan ada perdarahan di kaki penderita dapat mengakat kaki lebih tinggi dari jantung tujuannya agar memperlambat mengalirnya darah kebagian luka.Ketiga tutup luka dengan kain pembalut dan ikat, jika tidak tersedia pembalut gunakan kain yang bersih dan jangan yang berbulu.
ü Bawa segera penderita kerumahsakit sambil diperhatikan ada tidak tanda-tanda shok seperti:penderita tampak pucat, keringat banyak dan kulit tersa dingin,nafas cepat,gelisah dan mengantuk,rasa haus.
2.    Thrombophlebitis
a.    Pengertian
Thrombophlebitis adalah flebitis (vena peradangan) berkaitan dengan suatu thrombus (gumpalan darah). Ketika terjadi berulang kali di lokasi yang berbeda, ini dikenal sebagai "tromboflebitis migrans" atau "migrasi tromboflebitis".
b.   Etiologi
Tromboflebitis (istilah lain medis adalah "Putih kaki") adalah terkait dengan trombus di pembuluh darah. Faktor risiko termasuk lama duduk dan gangguan yang berhubungan dengan pembekuan darah. Gangguan yang terjadi sehubungan dengan tromboflebitis termasuk tromboflebitis superfisial (mempengaruhi pembuluh darah dekat permukaan kulit) dan trombosis vena dalam (mempengaruhi lebih dalam, vena yang lebih besar. Tromboflebitis migrans bisa menjadi dan tidak menunjukkan gejala.
c.    Manifestasi Klinik
Gejala-gejala berikut ini seringkali (tetapi tidak selalu) berhubungan dengan tromboflebitis:
-       Nyeri di bagian tubuh yang terkena
-       Kulit kemerahan atau peradangan (tidak selalu hadir)
-       Pembengkakan (edema) dari kaki (pergelangan kaki dan kaki)
-       Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.
-       Menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain
-       Penderita tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
d.   Klasifikasi Klinis
1)   Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2)   Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH). Perdarahan pascapersalinan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
a.    Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1)   Biodata : Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
2)   Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang


3)   Riwayat kesehatan:
a)    Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b)   Riwayat kesehatan masa lalu
4)   Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5)   Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
6)   Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7)   Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8)   Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9)   Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10)    Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11)    Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2.    Pemeriksaan fisik, meliputi :
a.    Inspeksi :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya
b.    Palpasi :
1)   Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2)   Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3)   Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
c.    Perkusi:
1)   Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
2)   Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d.   Auskultasi:
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
3.    Diagnose Keperawatan
a.    Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
b.    Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c.    Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
d.   Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e.    Cemas s.d kurang pengetahuan
4.    Intervensi Keperawatan
a.    Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
-       Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1)   Kaji kondisi status hemodinamika
2)   Ukur pengeluaran harian
3)   Berikan sejumlah cairan pengganti harian
4)   Evaluasi status hemodinamika
b.   Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
-    Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1)   Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2)   Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
3)   Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
c.    Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
-    Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1)   Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
2)   Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
3)   Kolaborasi pemberian analgetika
d.   Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
-       Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1)   Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
2)   Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
3)   Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
4)   Lakukan perawatan vulva
5)   Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

C.  EMBOLI PARU
KONSEP MEDIS
1.    Pengertian
Adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru..
2.    Etiologi
Secara umum penyebab oedema paru adalah akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan atau peningkatan permeabilitas kapiler paru. Faktor penyebab Oedema paru meliputi gangguan sistemik. Penyakit/gangguan yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler paru meliputi :
a.    Gangguan Faal Paru
-       Kerusakan pembuluh darah paru
-       Edema paru neurogenik
-       Oedema paru akibat peningkatan tekanan udara (barotrauma) misalnya di ketinggian.
b.    Gangguan Jantung (Kardiogenik)
-       Gagal jantung Kanan
-       Gagal Jantung Congestif
-       Kerusakan katup jantung (stenosis mitral)
Sedangkan gangguan yang dapat mengakibatkan peningkatan permeabiltas kapiler paru antara lain :
a.    Insufisiensi paru pasca trauma
b.    Aspirasi cairan lambung
c.    Sepsis
d.   Pneumonia
e.    Overdosis heroin
f.     Luka bakar inhalasi (thermal atau kimiawi)
g.    Toksisitas oksigen
h.    Tenggelam/hampir tenggelam
i.      Emboli lemak
j.      Uremia
k.    Pancreatitis
l.      Dan lain-lain

KONSEP KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
-       Identitas
-       Umur : Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan remaja/dewasa muda
-       Riwayat Masuk
Klien  biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin menyertai klien
-       Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
2.    Pengkajian
a.    Sistem Integumen
-       Subyektif : -
-       Obyektif   : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

b.    Sistem Pulmonal
-       Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
-       Obyektif   : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
c.    Sistem Cardiovaskuler
-       Subyektif : sakit kepala
-       Obyektif   : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan
d.   Sistem Neurosensori
-       Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
-       Obyektif   : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e.    Sistem Musculoskeletal
-       Subyektif : lemah, cepat lelah
-       Obyektif   : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
f.     Sistem genitourinaria
-       Subyektif : -
-       Obyektif   : produksi urine menurun/normal,
g.    Sistem digestif
-       Subyektif : mual, kadang muntah
-       Obyektif   : konsistensi feses normal/diare






Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d intubasi, ventilasi, proses penyakit, kelemahan dan kelelahan
Tujuan : Jalan nafas dapat dipertahankan kebersihannya
Kriteria : Suara nafas bersih, ronchii tidak terdengar pada seluruh lapang paru
Rencana Tindakan
Rasional
-            Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam
-            Lakukan hisap lendir bila ronchii terdengar





-            Monitor humidivier dan suhu ventilator

-            Monitor status hidrasi klien
-            Monitor ventilator tekanan dinamis


-            Beri Lavase cairan garam faali sesuai indikasi untuk
-            Beri fisioterapi dada sesuai indikasi
-            Beri bronkodilator


-            Ubah posisi, lakukan postural drainage 
1)        Monitoring produksi sekret
2)        Tekanan penghisapan tidak lebih 100-200 mmHg. Hiperoksigenasi dengan 4-5 kali pernafasn dengan O2 100 % dan hiperinflasi dengan 1 ½ kali VT menggunakan resusitasi manual atau ventilator. Auskultasi bunyi nafas setelah penghisapan
3)        Oksigen lembab merngasang pengenceran sekret. Suhu ideal 35-37,8OC
4)        Mencegah sekresi kental
5)        Peningkatan tekanan tiba-tiba mungkin menunjukkan adanya perlengketan jalan nafas
6)        Memfasilitasi pembuangan sekret

7)        Memfasilitasi pengenceran dan penge-luaran sekret menuju bronkus utama
8)        Memfasilitasi pengeluaran sekret menuju bronkus utama


Diagnosa Keperawatan :
Gangguan pertukaran Gas b.d sekresi tertahan, proses penyakit, atau pengesetan ventilator tidak tepat
Tujuan : Pertukaran gas jaringan paru optimal
Kriteria : Gas Darah Arteri dalam keadaan normal
Rencana Tindakan
Rasional
-            Periksa AGD 10-30 menit setelah pengesetan ventilator atau setelah adanya perubahan ventilator
-            Monitor AGD atau oksimetri selama periode penyapihan
-            Kaji apakah posisi tertentu menimbulkan ketidaknyamanan pernafasan
-            Monitor tanda hipoksia dan hiperkapnea


1)        AGD diperiksa sebagai evaluasi status pertukaran gas; menunjukkan konsentrasi O2 & CO2 darah
2)        Periode penyapihan rawan terhadap perubahan status oksigenasi
3)        Dalam berbagai kondisi, ketidak-nyamanan  dapat mempengaruhi klinis penderita
4)        Hipoksia dan hiperkapnea ditandai adanya gelisah dan penurunan kesadaran, asidosis, hiperventilasi, diaporesis dan keluhan sesak meningkat

Diagnosa Keperawatan :
Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakeal
Tujuan : Klien dan petugas kesehatan dapat berkomunikasi secara efektif selama pemasangan selang endotrakeal
Kriteria : Klin dan perawat menentukan dan menggunakan metodayang tepat untuk berkomunikasi, tidak terjadi hambatan komunikasi berarti, menggunakan metode yang tepat
Rencana Tindakan
Rasional
-            Jelaskan lingkungan, semua prosedur, tujuan dan alat yang berhubungan dengan klien
-            Berikan bel atau papan catatan serta alat tulis untuk momunikasi
-            Ajukan pertanyaan tertutup
-            Yakinkan pasien bahwa suara akan kembali bila endotrakela dilepas
1)        Mengurangi kebingungan klien dan meminimalisasi adanya komunikasi yang sulit antara klien dan perawat
2)        Sebagai media komunikasi antara klien dan perawat
3)        Menghindari komunikasi tidak efektif
4)        Mengurangi kecemasan yang mungkin timbul akibat kehilangan suara

Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan selang endotrakeal
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi nosokomial
Kriteria : tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomial
Rencana Tindakan
Rasional
Evaluasi warna, jumlah, konsistensi dan bau sputum tiap kali penghisapan


-            Tampung spesimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi
-            Pertahankan teknis steril selama penghisapan lendir
-            Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam
-            Lakukan oral higiene
-            Palpasi sinus dan lihat membrana mukosa selama demam yang tidak diketahui sebabnya
-            Monitor tanda vital terhadap tanda infeksi

1)        Infeksi traktus respiratorius dapat mengakibatkan sputum bertambah banyak, bau lebih menyengat, warna berubah lebih gelap
2)        Memastikan adanya kuman dalam sputum/jalan nafas
3)        Mengurangi resiko infeksi nosokomial

4)        Mengurangai resiko infeksi nosokomial

5)        Mengurangi resiko infeksi nosokomial
6)        Perubahan membrana mukosa dan adanya sinusitis mungkin menjadi indikasi adanya infeksi pernafasan
7)        Infeksi dapat dilihat dari tanda umum/khusus organ


D.  HEMATOMA VULVA
KONSEP DASAR MEDIK
1.    Definisi
Hematoma vulva atau Perdarahan vulva adalah bentuk perlukaan yang paling sering terjadi pad vulva.
Hematoma vulva atau perdarahan vulva merupakan pembuluh-pembuluh darah,terutama vena,dalam pelvis dan genitalia eksterna dapat pecah dalam kehamilan,pada persalinan atau setelah bayi lahir.dengan demikian dapat terjadi hematoma dalam jaringan ikat yang renggang di vulva, sekitar vagina dan didalam ligamentuml atum.
2.    Penyebab
Perdarahan atau hematoma  vulva bisa disebabkan oleh :
·      Hematoma vulva timbul segera setelah persalinan selesai,Perdarahan kedalam jaringan subkutan vulva dan /atau pada dinding vagina disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah.
·      Hematoma vulva juga mungkin terjadi karena trauma akibat tekanan atau berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi.
·      Cedera pada vulva atau vagina
·      Penganiayaan seksual
·      Peradangan vagina
·      Kelainan darah yang menyebabkan pembekuan abnormal (misalnya leukimia atau trombositopenia)


3.    Patofisiologi
Khususnya yang terbentuk dengan cepat dapat menyebabkan rasa nyeri mencekam yang sering menjadi keluhan utama. Hematoma dengan ukuran sedang dapat diserap spontan.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama.
Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan ter bentuk diatasnya. Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum yang hebat dan tumbuh inferksi yang menyeluruh.dengan ukuran yang bervariasi.jaringan yang melapisi gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat penekanan sehingga terjadi perdarahan yamg banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya.
4.    Gejala
Gejala yang daoat timbul oada hematoma vulva berupa:
a.    Anemia
b.    Rasa nyeri
c.    Pembengkakan
d.   Kulit permukaan hematoma/perdarahan berwarna kebiru-biruan, mengkilat, tipis dan mudah robek.
e.    Perdarahan yang abnormal (misalnya lebih banyak, lebih encer, lebih sering atau tidak teratur) yang terjadi diluar atau selama siklus menstruasi
f.     Syok derajat tertentu
g.    Trauma karena jatuh dan duduk pada benda keras atau karena koitus yang kasar.
5.    Pengobatan/Penanganan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya, tetapi penderita sebaiknya menjalani pemeriksaan secara teratur untuk mengetahui perkembamngan penyakitnya.
a.    Penanganan Hematoma tergantung dari besarnya hematoma itu,bila hematoma kecil cukup diberi kompres dan analgetika,sambil diobservasi apakah hematoma tidak bertambah besar.
b.    Jika hematoma besar hendaknya segera di buka dan lakukan pengeluaran bekuan –bekuan darah.Hematoma besar dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan menyebabkan kulit yang menutup menjadi demikian tegangnya,sehingga hematoma dapat pecah.dalam hal demikian sebaiknya dilakukan insisi pada tempat yang paling tegang,bekuan-bekuan darah dikeluarkan dan pembuluh-pembuluh darah yang putus di ikat.
c.    Diperlukan transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat.
d.   Hematoma tersebut akan memerlukan drinase dan penjahitan kembali yang biasanya dilakukan dengan anestesi umum,kecuali bila hematoma tersebut kecil dan hanya menunjukan gejala-gejala yang ringan.Wanita tersebut akan sangat takut dan perlu di temani oleh petugas kesehatan serta diberikan nasehat yang membesarkan hati sambil menunggu pembedahan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
a.    Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1)   Biodata

2)   Keluhan utama:
-       Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
3)   Riwayat kesehatan:
a)    Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b)   Riwayat kesehatan masa lalu
4)   Riwayat pembedahan:
-       Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung
5)   Riwayat penyakit yang pernah dialami:
-       Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
6)   Riwayat kesehatan keluarga:
-       Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
7)   Riwayat kesehatan reproduksi:
-       Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8)   Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:
-       Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9)   Riwayat seksual:
-       Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
10)    Riwayat pemakaian obat:
-       Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
11)    Pola aktivitas sehari-hari:
-       Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
b.   Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
1)   Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2)   Palpasi :
a)    Sentuhan :
Merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan   tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
b)   Tekanan :
Menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
c)    Pemeriksaan dalam :
Menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3)   Perkusi:
a)    Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang     menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
b)   Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak


4)   Auskultasi:
-       Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi  jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
b.    Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c.    Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
d.   Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e.    Cemas s.d kurang pengetahuan
3.    Intervensi Keperawatan
a.    Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Ü Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1)   Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2)   Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3)   Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4)   Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik


b.   Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Ü Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1)   Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi   perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)   Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ  reproduksi
3)   Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4)   Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien,pada abortus imminens,istirahat mutlak sangat diperlukan
5)   Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktifitas
Rasional : Menilai kondisi umum klien

c.    Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Ü Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1)   Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2)   Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance    mengatasi nyeri

3)   Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian  analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik

d.   Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
-       Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1)   Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart        keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2)   Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang   lebih luar
3)   Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4)   Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan ineksi.
5)   Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi

e.    Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan,pengetahuan klien dan keluarga terhadap      penyakit meningkat

Intervensi :
1)   Kaji yingkat pengetahuan / persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidak tahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2)   Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penilaian objektif klien tentang penyakit
3)   Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4)   Ansietas klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontribusi menurunkan kecemasan
5)   Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat dipelukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluaga:untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga. 

E.  INFEKSI MASA NIFAS
1.    Pengertian
Infeksi masa adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman ke dalam alat – alt genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.
2.    Penyebab
Infeksi nifas umumnya disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam usus dan jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70 % biakan serviks normal dapat pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob patogen. Kuman anerob adalah kokus gram positif (Peptostreptokokus, Peptokokus, Bakteroides dan Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan E. coli. Selain itu, infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh :
-       Streptococus haemolyticus aerobicus, ini merupakan penyebab infeksi yang berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain)
-       Staphylococus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang – kadang menjadi sebab infeksi umum. Banyak ditemukan di rumah sakit.
-       Escherichia coli, Kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan sebab dari infeksi traktus urinarius.
-       Clostridium welchii, infeksi kuman yang bersifat anerobik jarang ditemukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
3.    Cara terjadinya infeksi :
a.    Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alt – alt yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman – kuman.
b.    Droplet infection
Sarung tangan atau alat – alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan penolong.
c.    Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa aliran udara kemana-mana.
d.   Coitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
e.    Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.


4.    Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas ialah :
a.    Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
b.    Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
c.    Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
d.   Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
5.    Golongan Infeksi Nifas
Dapat dibagi dalam 2 golongan : yaitu (1) infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium ; dan (2) penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.
a.    Infeksi pada perineum, vulva, vagina, seviks, dan endometrium
-       Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangaluarkan pus.
-       Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
-       Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.

-       Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
b.    Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah
-       Septikemia dan piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika).
Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
c.    Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain
-       Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (sellulitis pelvika).
d.   Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis pelvika.
e.    Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni :
1)   Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis.
2)   Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai kedasar ligamentum.
3)   Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
4)   Penyebaran melalui permukaan endometrium
5)   Salpingitis, ooforitis
6)   Kadang-kadang walaupun jarang, infeksi yang menjalar ketuba Fallopii, malahan ke ovarium.
6.    Gambaran Klinik
-       Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan serviks
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan kadang-kadang perih bila kencing. Bilamana getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat suhu sekitar 38° C, dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
-       Endometritis
Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
-       Septikemia dan piemia
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai dengan menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160/menit atau lebih). Penderita dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat. Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Satu cirri khusus pada piemia ialah bahwa berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai dengan menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
-       Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat pathogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita yang mulanya kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
-       Sellulitis Pelvika
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
-       Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitis.



7.    Diagnosis
Kebanyakan demam setelah persalinan disebabkan oleh infeksi nifas. Paling sering ditemukan ialah radang saluran pernafasan (bronchitis, pneumonia, dan sebagainya), pielonefritis, dan mastitis.
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting ialah gejala umum. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar porte d’entrée tampaknya sakit, suhu meningkat dengan kadang-kadang disertai menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.
8.    Prognosis
Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.
9.    Pencegahan
-       Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan factor penting, karenanya diet yang baik harus diperhatikan.
Coitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
-       Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
-       Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas sehat.
10.     Pengobatan
Ü Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu hasilnya. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin dan lain-lain.
Ü Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita, dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Ü Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak sampai dilukai.

PAYUDARA BERUBAH MENJADI MERAH, PANAS, DAN TERASA SAKIT
Pembendungan ASI (Zogstuwing, engorgement of the breast)
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalan 2 – 3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya Pituitary Lactogenic Hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktinoleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus – alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel – sel mioepitelialyang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar – kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu.
1.    Penyebab :
-       Bayi tidak menyusu dengan baik sehingga kelenjar – kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
-       Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
2.    Komplikasi :
-       Payudara terasa panas, keras pada perabaan
-       Nyeri pada payudara
-       Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
-       Pengeluaran air susu terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe
3.    Penanganan :
-       Menyokong mamae dengan BH yang nyaman
-       Memberikan analgetika
-       Sebelyum bayi menyusu pengeluaran air susu dengan pijatan yang ringan
-       Kompres dingin

MASTITIS
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Kejadian ini biasanya terjadi 1 – 3 minggu setelah postpartum.
Klasifikasi :
1)   Mastitis dibawah areola mamae
2)   Mastitis di tengah – tengah mamae
3)   Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar antara mamae dan otot – otot dibawahnya
Penyebab :
-       Staphylococus aureus

-       Sumbatan saluran susu yang berlanjut
Komplikasi :
Ø Mamae membesar, nyeri, merah, dan menmbengkak
Ø Temperatur badan ibu tinggi kadang disertai menggigil
Ø Bila mastitis nerlanjut dapat menyebabkan abses payudara
Pencegahan :
1)   Perawatan putting susu pada waktu laktasi
2)   Perawat yang memberikan pertolongan pada ibunyang menyusui bayinya harus bebas dari infeksi dengan stafilokokus
3)   Bila ada retak atau luka pada putting sebaiknya bayinya jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan
4)   Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan
Pengobatan :
-       Berikan antibiotika
-       Bila terdapat abses, pus perlu dikeluarkan





DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono. Jakarta

2. Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatus. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

3. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

·         Prawihardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kandungan .Jakarta:Tridasa printer
·         Prawihardjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan .Jakarta:Tridasa Printer
·         Google
·         Farrer, Halen. 1996.Perawatan Maternitas. Jakarta:EGC
·         Manuaba,Prof.dr.Ida Bagus,SpOG.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar