Senin, 12 Maret 2012

Askep Paget Disease


BAB I
PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.    PENGERTIAN
· Osteitis deformans (paget disease) adalah suatu penyakit metabolisme pada tulang, dimana tulang tumbuh secara tidak normal, menjadi lebih besar dan lunak.
· Osteitis deformans adalah gangguan tulang yang ditandai oleh pola remodeling tulang yang dipercepat.







2.    PENYEBAB
Osteitis deformans /paget disease dapat disebabkan oleh infeksi virus ( paramyxoviruses ) disamping faktor genetik. Penyakit ini jarang di diagnosis/ditemukan menyerang pada orang dibawah umur 40 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh.

3.    PATOPHISIOLOGY DAN GEJALA
Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa mereka memiliki penyakit ini. Kasus yang ringan seringkali hanya menunjukkan sedikit gejala. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri tulang. Nyeri terpusat di daerah dekat persendian tulang. Biasanya nyeri tidak berhubungan dengan berat ringannya aktivitas penderita. Penyakit ini biasanya menyerang 1 atau 2 tulang, kadang hanya sebagian kecil tulang yang terkena. Paling sering menyerang tulang panjang Dalam keadaan normal, sel-sel yang menghancurkan tulang tua (osteoklas) dan sel-sel yang membentuk tulang baru (osteoblas) bekerja seimbang untuk mempertahankan struktur dan integritas tulang. Pada penyakit Paget, aktivitas osteoblas dan osteoklas di beberapa daerah tulang menjadi berlebihan dan tingkat pergantian pada daerah inipun meningkat dengan sangat hebat. Daerah tersebut akan membesar tapi strukturnya menjadi tidak normal dan menjadi lebih lemah daripada daerah yang normal. Jika yang terkena adalah tulang tengkorak, maka kepala tampak membesar dan kening terlihat lebih menonjol. Pembesaran tulang tengkorak dapat menyebabkan :
· Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea )
· Sakit kepala karena penekanan saraf
· Penonjolan vena di kuit kepala karena adanya peningkatan aliran darah ke kepala
· Gigi mulai goyah dan tanggal.
· saraf yang menuju ke mata mungkin akan terpengaruh, menyebabkan beberapa kehilangan visual.
Jika yang terkena adalah tulang belakang, maka keluhan utamanya adalah nyeri punggung bagian bawah. Kanalis spinalis menjadi sempit (keadaan ini disebut sebagai stenosis spinalis) dan bisa menyebabkan mati rasa atau lumpuh. Patah tulang kompresi pada tulang belakang bisa menyebabkan tulang belakang melengkung. Tulang belakang bisa membesar, menjadi lemah dan melengkung, sehingga tinggi badan berkurang.
Pada anggota gerak (terutama tungkai yang menyangga berat badan), tulang mudah mengalami patah, dengan masa penyembuhan yang lebih lama dan mulai melengkung atau mengalami kelainan bentuk. Kaki menjadi bengkok dan langkah menjadi pendek dan sedikit goyah. Kerusakan pada tulang rawan sendi bisa menyebabkan terjadinya artritis.
4.      DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk memperkuat diagnosis penyakit ini :
· Rontgen tulang (menunjukkan adanya peningkatan kepadatan tulang, penebalan,  pembengkokan dan pertumbuhan berlebih)
· Scanning tulang
· Pemeriksaan darah ( terjadi peningkatan serum alkalin fosfatase).
5.      PENGOBATAN
Pada kasus yang ringan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan Aspirin atau ibuprofen. Jika menyerang tungkai anjurkan untuk menggunakan tongkat penyangga dan sedapat mungkin menghindari jatuh atau kecelakaan yang bisa menyebabkan terjadinya patah tulang. Dua jenis obat yang biasanya diberikan kepada penderita penyakit Paget:
· Biphosphonat : obat untuk mengurangi resorbsi (penyerapan kembali) tulang. Terdapat 5 jenis obat, 4 dalam bentuk tablet dan 1 dalam bentuk infus intravena. Bersamaan dengan pemberian obat ini biasanya juga diberikan tambahan kalsium. Efek samping yang mungkin timbul adalah mencret dan mual. Pengobatan dilakukan selama 6 bulan.
·Calsitonin diberikan dalam bentuk suntikan harian atau semprot hidung. Jika gejala sudah mereda, maka dosis obat diturunkan. Jika obat langsung dihentikan, bisa terjadi kekambuhan. Sebanyak 20% penderita yang menggunakan obat suntikan bisa mengalami efek samping berupa mual, wajah kemerahan dan beser.

BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGKAJIAN
1. Ativitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri ( mungkin segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan )
2. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /ansietas ), pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera, kadang muncul keluhan sakit kepala
3. Neuro sensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual, auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf cranial dan kanalis spinalis
4. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram otot ( setelah mobilisasi ).
5. Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba )
6. Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Resiko tinggi terhadap trauma
2)      Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
3)      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular /penurunan kekuatan atau tahanan
4)      Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
5)      Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera
6)      Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera
C. RENCANA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi terhadap trauma
Hasil yang diharapkan pasien dapat mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Rencana tindakan :
a. Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi
Rasional :
Meningkaktkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/penyembuhan
b. Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut. Pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan trokanter, papan kaki
Rasional :
Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi.
c. Pertahankan posisi/integritas traksi
Rasional :
Traksi memungkiankan tarikan pada aksi panjang frktur tulang dan mengatasi tegangan otot untuk memudahkan posisi/penyatuan.
2.      Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
Hasil yang diharapkan pasien mengatakan nyeri hilang
Rencana tindakan :
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat,, traksi
Rasional :
Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan jaringan yang cedera
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
Rasional :
Meningkatkan aliran darah balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri
c. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi, karakterisktik, termasuk intensitas ( skala 0-10 ). Perhatikan petunjuk nyeri non verbal ( perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku )
Rasional :
Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
d. Berikan alternative tindakan kenyamanan, contoh : pijatan punggung dan perubahan posisi
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area local dan kelelahan otot
e. Dorong menggunakan teknik managemen stress contoh : relaksasi progresif, napas dalam, imajinasi visulaisasi, sentuhan terapeutik
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam memanajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lebih lama
f. Delegatif dalam pemberian obat analgesic
Rasional :
Diberikan untuk menghilangkan nyri dan atau spasme otot.
3.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular / penurunan kekuatan atau tahanan
Hasil yang diharapkan pasien dapat menunjukkan teknik yang mungkin memampukkan aktivitas
Rencana tindakan :
a. Kaji derajat immobilisasi yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi
Rasional :
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
b. Dorong partisipasi pada aktivitas/rekreasi. Pertahankan rangsangan lingkungan contoh: radio, TV, Koran, barang milik pribadi, kunjungan kelurga/teman
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.
c. Bantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
Rasional :
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan reasorpsi kalsium karena tidak digunakan.
d. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan ( contoh : mandi, mencukur )
Rasional :
Meningkatkan kekeuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control pasien dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
e. Berikan atau bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tonngkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.


Rasional :
Mobilitas dini dapat menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara mengunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien
f. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis
Rasional :
Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, dan aktivitas yang mengandalkan berat badan juga penggunaan alat
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
Hasil yang diharapkan pasien dapat menyatakan kesadaran dan menerima keadaannya dengan cara sehat
Rencana tindakan :
a. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan
Rasional :
Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan, memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerjasama.
b. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan
Rasional :
Meningktkan rasa kontrol dan kerjasama, menurunkan perasaan tak berdaya/putus asa
c. Kaji status mental, termasuk suasana hati/efek, ketakutan pada kejadian dan isi pikir contoh ilusi atau manifestasi eror atau panic
Rasional :
Pada awal pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan tindakan tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan yang juga merupakan mekanisme perlindungan
d. Dorong pasien untuk berbiara tentang pennyakitnya
Rasional :
Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
e. Dorong keluarga/orang terdekat mengunjungi dan mendiskusikan yang terjadi pada keluarga
Rasional :
Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat kedekatan dan kesinambungan hidup
5. Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera
Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
Rencana tindakan
a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata yang terlibat
Rasional
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staff, orang lain disekitarnya
Rasional
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan disorientasi
c. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan
Rasional
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan
6. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera
Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman pendengaran dalam batas situasi individu
Rencana tindakan
a. Tentukan ketajaman pendengaran, catat satu atau kedua telinga yang terlibat
Rasional
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan pendengaran terjadi lambat dan progresif.
b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staff, orang lain disekitarnya
Rasional
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas dan disorientasi
c. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan
Rasional
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
E . EVALUASI
1. Stabilisasi dan posisi fraktur dapat dipertahankan
2. Klien menunjukkan penguranagan nyeri
3. Pasien dapat menunjukkan teknik yang mungkin memampukkan aktivitas
4. Pasien dapat menyatakan kesadaran dan menerima keadaannya dengan cara sehat
5. Pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
6. Pasien dapat meningkatkan ketajaman pendengaran dalam batas situasi individu





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Osteitis deformans (paget disease) adalah suatu penyakit metabolisme pada tulang, dimana tulang tumbuh secara tidak normal, menjadi lebih besar dan lunak.
Osteitis deformans /paget disease dapat disebabkan oleh infeksi virus (paramyxoviruses ) disamping faktor genetik. Penyakit ini jarang di diagnosis/ditemukan menyerang pada orang dibawah umur 40 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh.
B.     SARAN
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat bisa membantu mengurangi nyeri akibat penyakit Paget dan mengontrol perkembangan penyakitnya. Perubahan keganasan terjadi pada kurang dari 1% kasus. Secara umum prognosisnya baik, tetapi perubahan keganasan dapat menyebabkan prognosis menjadi jelek.









DAFTAR PUSTAKA
ü  Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
ü  Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.