A. Latar Belakang Lahirnya PKMD
Pada evaluasi menjelang Pelita I terungkapkan adanya
permasalahan kesehatan yang perlu memperoleh pemecahan segera melalui suatu
pendekatan baru, yaitu PKMD. Suatu pendekatan yang diharpkan dapat mengatasi
latar belakang permasalahan terhadap :
1.
merajalelanya
penyakit-penyakit menular yang banyak menimpa rakyat kecil di pedusunan
2.
keadaan
under-nurishment yang menyangkut terutama bayi dan balita maupun ibu-ibu dalam
masa reproduktif
3.
keadaan
sanitasi lingkungan jelek ditambah ekses dari perumbuhan industrialisasi
4.
pertambahan
penduduk secara alamiah yang masih tinggi
5.
tingkat
pendapat perkapita yang rendah
Tegasnya selama pelita I itu diletakkan rintisan yang
mendasar melalui perbaikan tingkat kesehatan rakyat dengan skala prioritas
program kesehatan antara lain :
1. pemulihan kesehatan
2. pembinaan hidup sehat
3. pemberantasan penyakit menular
4. farmasi
5. pengembangan infrastruktur
6. penelitian kesehatan
7. training
Kebijaksanaan-kebijaksanaan pelayanan selama pelita I
karenanya ditik beratkan kepada :
a. perencanaan kesehatan yang lebih
baik, kerena sebelumnya masih berupa meraba-raba sebab belum ada data-data yang
akurat.
b. Melihat kenyataan
keterbatasan-keterbatasan dana dan fasiitas maupun atas dasar efektifitas dan
efisiensi
c. Daerah sasaran diprioritaskan pada
daerah-daerah pedusunan (yang kemudian lahir konsep PKMD), daerah transmigrasi
dan daerah pengembangan / pembanguanan lainnya
d. Kebijaksanaan pelayanan ditetapkan
atas dasar skala prioritas program dengan pertimbangan adanya
keterbatasan-keterbatasan diatas
e. Usaha-usaha preventif maupun
promotif lebih ditingkatkan dengan memperhatikan pola keseimbangannya
berdasarkan situasionalny dan kondisioningnya.
B.
Pengertian
1) Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan
gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk
mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik
dalam bidang kesehatan maupun bidang dalam bidang yang berkaitan dengan
kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
2) PKMD adalah kegiatan pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui sistem pelayanan puskesmas,
dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini
diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan melalui segala
pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu
memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya (Dirjen Binkesmas
Depkes RI, 1976)
3) PKMD adalah kegiatan atau pelayanan
kesehatan berdasarkan sistem pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui
Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka
sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat
mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok
masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya
dan menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)
Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi
definisi PKMD tersebut diatas ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai
berikut :
a. Untuk keberhasilan PKMD di suatu
daerah herus memanfaatkan pendekatan operasional terpadu (comprehensive
operational approach) yang meliputi pendekatan secara sistem (system approach),
pendekatan lintas sektoral dan antar program (inter program and inter sektoral
approach), pendekatan multi displiner (multi displionary approach), pendekatan
edukatif (educational approach), dsb.
b. Dalam pembinaan terhadap peran serta
masyarakat melalui pendekatan edukatif, hendaknya faktor ikut sertanya
masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen maupun suplemen terdepan dalam
penunjang sistem kesehatan nasional ini.
c. Sebagai kegiatan yang dikelola
sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap dan terus menerus harus mampu
didorong untuk membuka kemungkinan-kemungkinan menumbuhkan potensi swadayanya
melalui pemerataan akan peranserta setiap individu di desa secara lebih luas
dan lebih nyata
d. Puskesmas sebagai pengarah
(provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan diluar gedung (ourt door
activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam memacu secara edukatif
terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah bimbingan LSD.
Kegiatan masyarakat tersebut
diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa masyarakat sendiri dengan
bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas program dan lintas
sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional umumnya dan pembangunan desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat
pengembangan kesehatan di tingkat kecamatan mengambil prakarsa untuk
bersama-sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta
masyarakat (PSM) dalam bentuk kegiatan PKMD.
C. Tujuan
- Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri
sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
2. Tujuan khusus
a. menumbuhkan kesadaran masyarakat
akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup mereka
b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa
masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri
c. menghasilkan lebih banyak
tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil serta mau berperan aktif
dalam pembangunan desa
d. meningkatnya kesehatan masyarakat
dalam arti memenuhi beberapa indikator :
angka
kesakitan menurun
angka
kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
angka
kelahiran menurun
menurunnya
angka kekurangan gizi pada anak balita
D. Ciri-Ciri
Utama
- Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan dilaksanakan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang menggali dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat
- Setiap keputusan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat sendiri melalui musyawarah mufakat
- Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut dipersiapkan terlebih dahulu sehingga pengetahuan sikap dan ketrampilannya sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan
- Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas sektoral baik dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak sampai menimbulkan ketergantungan
- Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan yang merupakan salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”
E. Ruang
Lingkup
Tujuan PKMD adalah meningkatkan
status kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Namun demikian status kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor
terutama lingkungan dan faktor perilaku masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD
tidak terbatas dalam bidang pelayanan kesehatan saja, akan tetapi menyangkut
juga kegiatan diluar kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan status
kesehatan dan perbaikan mutu hidup masyarakat.
Misalnya : Kegiatan usaha bersama
dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan pendapatan, atau usaha
bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan bekerja sambil
belajar, dan sebagainya.
Penegmbangan PKMD tidak terbatas
pada daerah pedesaan saja, akan tetapi juga meliputi masyarakat daerah perkotaan
yanga berpenghasilan rendah.
Kegiatan partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5 program, yaitu : KIA, KB,
Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu bentuk dari
kegiatan PKMD.
F. Wadah Kegiatan
PKMD
Karena PKMD merupakan bagian
integral dari pembangunan desa, sedang wadah partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa adalah LKMD, maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah
LKMD juga.
Pembinaan PKMD yang bersifat lintas
sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari Tim Pembina LKMD.
G.
Prinsip-Prinsip PKMD
- Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan
- Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik :
a. antar
dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lain yang bersangkutan
b. antar
dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat
- Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor-sektor yang bersangkutan
- PKMD merupakan upaya swadaya masyarakat yang pembinaannya oleh Puskesmas
- Operasionalisasinya oleh pos-pos kesehatan yang didirikan dan dilaksanakan oleh tenaga masyarakat sendiri (kader kesehatan yang dilatih dan dibina oleh puskesmas
- Tugas-tugas Puskesmas dapat didelegasikan kepada pos-pos kesehatan antara lain :
a. penyuluhan kesehatan
b. mengawasi adanya penyakit menular
dan segera melaporkan ke Puskesmas
c. upaya dalam perbaikan sanitasi
lingkungan umpamanya jamban, kebersihan halaman, pembuangan limbah, dll.
d. Pengobatan ringan dalam rangka P3K
sebelum dirujuk ke Puskesmas
e. Upaya perbaikan gizi keluarga
umpamanya penimbangan balita, kurang gizi, dll.
f. Diskusi-diskusi dengan ibu hamil
melalui arisan / PKK
- Pembinaan peran serta masyrakat dalam kesehatan, baik secara individu, kelompok atau masyarakat luas
- Dalam pembinaan PKMD menggunakan pendekatan lintas sektor dan lintas program
- Pelayanan langsung dapat diberi oleh petugas kesehatan apabila masyarakat tidak mampu melaksanakannya
- Type penyelenggaraan disesuaikan dengan budaya dan kemampuan masyarakat
H.
Keterpaduan PKMD dalam 5 program puskesmas
Dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, dalam Pelita IV dulu
dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan keberhasilan
dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Pelita IV, dengan cara
membina masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5
program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.
I. Hal-hal
yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
1. masyarakat perlu dikembangkan
pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang program-program yang
dilaksanakan pemerintah
2. masyarakat perlu dikembangkan
kesadarannya akan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta harus
dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya untuk berperan secara aktif
dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
3. sikap mental pihak penyelenggara
pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa
masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka
4. harus ada kepekaan dari para pembina
untuk memahami aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara
wajar dan tepat
5. harus ada keterbukaan dan interaksi
yang dinamis dan berkesinambungan baik antara para pembina maupun antara
pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung
kegiatan PKMD.
J. Persiapan
bagi pelaksana
Persiapan bagi pelaksana dari masyarakat sangat penting
artinya. persiapan yang dimaksud dapat dilakukan melalui :
1. pelatihan kader
2. kunjungan kerja
3. studi perbandingan
K. Pengadaan
Fasilitas
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin
bila fasilitas yang disediakan dari swadaya masyarakat melalui potensi dan
sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat digali dan dimanfaatkan. Bila
masyarakat tidak memilikinya barulah para penyelenggara pembinaan PKMD berusaha
untuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan
tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat.
L. Model /
Proto Type PKMD
Antara lain Slamet Riyadi, menulis
dalam buku ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa Proto type PKMD di Indonesia
antara lain :
1.
Proto
Type Srikandi
Disini petugas puskesmas merintis
PKMD dengan menyusupkan strateginya lewat non kesehtan. Mereka berkeyakinan
bahwa dengan keberhasilan sektor ekonomi di desa, maka kemudian mudah
menyelenggarakan usaha-usaha PKMD. Keberhasilan PKMD dirintis lewat
keberhasilan ekonomi desa terlebih dahulu. Kebutuhan masyarakat desa tidak
dipaksakan oleh dokter Puskesmas berdasarkan keinginannya (Needs) melainkan
benar-benar berdasarkan kebutuhan (Demands) masyarakat. Segala usaha yang
dipelopiri pUskesmas tetap mempergunakan lembaga pedesaan yang ada secara
terpadu
2.
Proto
Type Kelompok
Disini pembinaan masyarakat desa
tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat desa secara keseluruhan
sebagaimana prototype Srikandi, melainkan dikhususkan secara tersendiri dengan
wadah tersendiri pula, yaitu melalui suatu Dana Sehat yang berdiri sendiri .
mereka mengorganisir kader kesehatan desa yang sangat menonjol. Sekalipun tidak
diintegrasikan didalam LSD, namun pembinaan organisasi dan adminstrasi saderhana
oleh Pak Lurahnya. Yang sangat patut dicatat adalah peranan para kader
kesehatan desanya yang sangat menonjol dan berdedikasi.
3.
Proto
Type Karangsalam
PKMD disini sudah merupakan bagian
dari pembangunan masyarakat desa yang intervensinya secara lebih teratur
dilakukan dari puskesmas setempat. Kegiatan-kegiatan yang menonjol masih berupa
dana sehat, pengembangan promotor kesehatan desa, penyuluhan kesehatan
maupunpendidikan gizi melalui arisan-arisan ibi-ibu. Pengetrapan teknologi
pedesaan setempat dikerjakan melalui sistem dapur sekam maupun pembuatan gas
metan dari kotoran (Digeseter). Sehingga melalaui cara-cara ini orang-orang
kesehatan berhasil merubah cara-cara tradisional kearah yang lebih maju yang
dijalankan serentak dengan usaha-usaha kesehatan.
4.
Proto Type Kerten
Merupakan prototype untuk suatu
daerah perkotaan yang memiliki keistimewaan juga. Tekanannya juga pada dana
sehat dengan sistem uang pangkal sebagai modal pertama yang selanjutnya
dioperasionalkan dengan sistem simpan pinjam. Setelah dananya kuat dipergunakan
untuk dana sehat yang meliputi :
a. dana pengobatan orang sakit
b. perbaikan kampung
c. kegiatan pinjaman jangka panjang,
yaitu : 8 minggu untuk keperluan ; modal dagang, perbaikan rumah, pemeliharaan
ternak
Unit sasaran hanya satu RT dengan
sistem administrasi sederhana tapi tetap rapi. Satu-satunya hambatan adalah
bahwa kader kesehatan yang pernah dicoba permulaan dengan 12 orang, ternyata
hanya 2 orang yang tertarik dengan tugas-tugas sosial ini.
5.
Proto
Type Karanganyar
Dalam penyelenggaraan PKMD ini
puskesmas pemerintah bertindak sebagai pendorong dan pembimbing. Suatu dana
sehat diadakan dengan disertai pembentukan promotor kesehatan desa, akan tetapi
sayang tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat desa. Tidak ada pungutan
uang pangakal atau tidak ada usaha bagi suatu koperasi simpan pinjam.
Pelaksanaannya agak kaku karena mungkin terikat kepada suatu protokol “Reseach
Proyect”. Ini disiapkan melalui suatu perencanaan dari suatu badan konsultant
yang terlalu teoritis. Ditetapkan bahwa iuran perkapita atas saran konsultant
ditentukan Rp. 40 untuk dapat mencukupi suatu permulaan kegiatan. Dalam keadaan
ini masyarakat banyak yang tidak bersedia. Terlalu banyak intervensi oleh
unsur-unsur pemerintah antara lain seperti kader Promokesa ditunjuk oleh Lurah
atau camat bukan dipilih oleh masyarakat setempat, semuanya merupakan hal-hal
yang kurang bisa memperoleh dukungan masyarakat setempat.
6.
Proto
Type Subah
Hampir sama dengan bentuk
Kranganyar, dimana unsur-insur menonjol yaitu tidak diintegrasikannya PKMD itu
dengan Pembangunan Masyarakat Desa, maupun terlalu dibimbing secara ketat oleh
Puskesmas Pemerintah setempat dalam menjalankan programnya sendiri. Kasarnya,
akhirnya terdapat suatu dana sehat tanpa Promokesa
7.
Proto
Type Dampit Malang
Masyarakat melakukan kegiatan sesuai
dengan program yang diprioritaskan, sebagi hasil dari pada perencanaan staf
Puskesmas dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Tokoh-tokoh masyarakat memang
sebelumnya dibina dahulu oleh puskesmas dan kemudian dijadikan “ PION” untuk
memungkinkan sistem yang dilemparkan oleh atas dapat berhasil persis dengan
skenario.
8.
Proto
Type Mojokerto
(Desa Balongmasin – Kecamatan Pengging)
Kegiatan kesehatan disini telah
diintegrasikan dalam wilayah kegiatan pembangunan yaitu LSD. Mirip dengan
bentuk Srikandi. Disini unsur-unsur Pamong Praja dan LSD-nya digerakkan untuk
menangani. Suatu kemajuan yang menonjol bahwa Desa memiliki suatu anggaran
untuk bidang kesehatan yang dimasukkan kedalam semacam APBD Desa, setelah mampu
menyalurkan/menjual hasil produksi tanaman dari Desa. Keberhasilan Proto Type
yang demikian majunya sampai mampu berfikir menyelenggarakan semacam APBD Desa,
disebabkan karena Puskesmas Mojosari sebagai pembina, telah ikut berpengalaman
lama dibawah berbagai dokter. Memang daerah ini merupakan daerah “Fielf
Practice and Demonstration Area” (FPDA) yang berada langsung dibawah Dinas
Kesehatan Propinsi dan banyak memperoleh perhatian Depkes untuk menunjukkan
Keberhasilan Depkes. Karena juga berlakunya semacam Reward System bagi
dokter-dokter pimpinan puskesmas Mojosari untuk berhasil dapat menduduki
jabatan-jabatan penting, seperti Prof. Sulianti, dr. Lolong, dr. Soekamto, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Zaidin (2000) Pengantar Pelayanan Keperawatan Di Puskesmas; seri 6
Perawatan Kesehatan Masyarakat, Depok
Depkes
RI (1987) Peran Serta Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai, Jakarta
Effendi,
Nasrul (1998) Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, Ed. 2, EGC,
Jakarta
Ryadi
Slamet (1982) Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Dasar-Dasar Dan Sejarah
Perkembangannya, Ed. Revisi, Usaha Nasional, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar