Minggu, 11 Maret 2012

Askep Mioma Uteri

Bab 1
Pendahuluan
~     Sebelum melakukan ASUHAN KEPERAWATAN PADA MIOMA UTERI atau askep pada klien dengan mioma uteri harusnya kita mengetahui definisi mioma uteri, etiologi miomauteri,patofisiologi miomauteri

~     Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Ilmu Kandungan, 1999).

~     Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.

C Patofisiologi/pathwaya
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.   Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari miomasubmukosum,intramulardansubserosum. Pathways: Penyebab: belum diketahui







 Bab 2
Pembahasan
A.   KONSEP MEDIS
C Pengertian
~        Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).
~        Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).
~        Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau  bfibroid. (Ilmu Kandungan, 1999).


C Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1.    Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2.    Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3.    Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
a)   Umur :
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
b)  Paritas:
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
c)   Faktor ras dan genetik:
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d)  Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH
dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron,
faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang
distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium
normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti
masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang
bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu
tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.

C Patofisiologi/pathwaya

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.   Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari miomasubmukosum,intramulardansubserosum. Pathways: Penyebab: belum diketahui

C Tanda dan Gejala
 Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi.Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.    Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi
2.    Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis dan peradangan.
3.    Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis, hidroureter,  poliur
4.    Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.
5.    Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis tuba.

C Pemeriksaan Penunjang
§  USG abdominal dan transvaginal
§  Laparaskopi.

C Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri adalah dengan tindakan pembedahan yaitu miomektomi dan atau histerektomi.

C Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
·      Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmic(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
·      Lapisan Uterus Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a.    Mioma Uteri Subserosa. Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b.    Mioma Uteri Intramural. Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya
multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
c.     Mioma Uteri Submukosa. Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

C Komplikasi
J Perdarahan sampai terjadi anemia.
J Torsi tangkai mioma dari :
a)   Mioma uteri subserosa.
b)  Mioma uteri submukosa.
J Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
J Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.

C  Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
³ Infertilitas.
³ Abortus.
³ Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
³ Inersia uteri.
³ Gangguan jalan persalinan.
³ Perdarahan post partum.
³ Retensi plasenta.
C Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
³ Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
³ Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.




MIOMA UTERI
B.   KONSEP KEPERAWATAN
C Pengkajian primer, Identitas Klien, data fokus:
1.    Ketidak teraturan menstruasi (perdarahan abnormal).
2.    Infertilitas, anovulasi.
3.    Nulipara.
4.    Keterlambatan menopause.
5.    Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopause.
6.    Riwayat : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperplasi adenomatosa.
7.    Ada benjolan di perut bagian bawah dan rasa berat.

C Pengkajian sekunder
1.    Pemeriksaan USG : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis banding dengan kehamilan.
2.    Laparaskopi : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri

C Diagnosa
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot.
2.    Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa  
jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
3.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.

C Intervensi 
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma
*   Tujuan:
Klien dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri,mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.
*   Intervensi:
§  Observasi adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Rasional: Memudahkan tindakan keperawatan
§  Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.
§  Ajarkan teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien
§  Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat.
Rasional: Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
§  Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional: Mengurangi nyeri
2.    Gangguan eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
*   Tujuan:
Pola eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu memahami terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan retensi urine.
*   Intervensi:
§  Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine.
Rasional: Melihat perubahan pola eliminasi klien
§  Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Rasional : Menentukan tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien
§  Anjurkan klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi, mengalirkan air keran.
Rasional : Mencegah terjadinya retensi urine
3.    Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan haemoglobin (anemia).
DO :Kadar Haemoglobin kurang dari normal.
DS : -
*   Tujuan:
§  Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam.
Kriteria Hasil :
o  Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor dan fungsiolesia.
o  Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%.
o  Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370.
*   Intervensi:
§  Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
§  Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
§  Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.
§  Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
§  Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
§  Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.
§  Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.







Bab 3
Penutup

A.        Saran
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan tugas ini dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman sekalian yang telah turut membantu. Di dalam pembuatan tugas ini kami selaku kelompok mioma uteri menyadari bahwa masih banyak kekurangan, harap maklum karena kami juga sudah berusaha dengan baik untuk menyusunnya namun kita semua ketahui bahwa kesempurnaan hanya milik sang Pencipta maka dari itu tolong berikan masukan. Kami juga mengharapkan tugas ini bisa menjadi bahan ajar dan reverensi tambahan dalam pembelajaran mata kuliah maternitas ini. Terima kasih


















DAFTAR PUSTAKA
1.    Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
2.    Ilmu Kandungan, 1999, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
3.    Doengoes Marillyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Editor : Monica Ester, Edisi 3, EGC, Jakarta.
5.    http://www.Infomedika.htm,(2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar