Minggu, 30 Oktober 2011

Askep Poliomielitis

Created By : 3@

BAB
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.    PENGERTIAN
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot.
Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki.Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain
.
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Jenis Polio:
-       Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
-       Polio Paralisis
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
o  Sakit kepala
o  Kram otot leher dan punggung
o  Sembelit/konstipasi
o  Sensitif terhadap rasa raba
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:
a.    Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron.
Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.
b.    Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar

2.    ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu:
a.    Brunhilde
b.    Lansing
c.    Leon; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan/ oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
d.   Klasifikasi virus
-       Golongan : Golongan IV ((+)ssRNA)
-       Familia : Picornaviridae
-       Genus : Enterovirus
-       Spesies : Poliovirus

3.    MANIFESTASI KLINIK
Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :
a.    Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b.    Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
c.    Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
d.   Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
-       Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
-       Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
-       Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
-       Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:
1)   Stadium akut
-       Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.
2)   Stadium subakut
-       Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
3)   Stadium convalescent
-       Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
4)   Stadium kronik
-       Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.

4.    PATOFISIOLOGI
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
a.    Medula spinalis terutama kornu anterior,
b.    Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital,
c.    Sereblum terutama inti-inti virmis,
d.   Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-kadang nucleus rubra,
e.    Talamus dan hipotalamus,
f.     Palidum dan Korteks serebri, hanya daerah motorik.
5.    PENULARAN
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
-       fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
-       oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas. Nah, salah satu inang atau mahluk hidup perantaranya adalah manusia
Secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a.    Inhalasi
b.    Makanan dan minuman
c.    Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
d.   Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.

6.    PENCEGAHAN
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1)   Imunisasi
2)   Jangan masuk daerah endemis
3)   Jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali. Bantulah anak agar belajar berjalan sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan tongkat penopang.
Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi.
Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak

7.    KOMPLIKASI
a.    Hiperkalsuria
b.    Melena
c.    Pelebaran lambung akut
d.   Hipertensi ringan
e.    Pneumonia
f.     Ulkus dekubitus dan emboli paru
g.    Psikosis

8.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)   Pemeriksaan Lab :
-       Pemeriksaan darah
-       Cairan serebrospinal
-       Isolasi virus volio
2)   Pemeriksaan radiology

9.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang biasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit
1)   Poliomielitis aboratif
-       Diberikan analgetk dan sedative
-       Diet adekuat
-       Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.


2)   Poliomielitis non paralitik
-       Sama seperti aborif
-       Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3)   Poliomielitis paralitik
-       Perawatan dirumah sakit
-       Istirahat total
-       Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
-       Fisioterafi
-       Akupuntur
-       Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
-       Fase akut :
Analgetik untuk rasa nyeri otot.Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
-       Sesudah fase akut :
Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.



B.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
a.    Riwayat Kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
b.    Pemeriksaan Fisik
1)   Nyeri kepala
2)   Paralisis
3)   Refleks tendon berkurang
4)   Kaku kuduk
5)   Brudzinky

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.    Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
b.    Hipertermi b/d proses infeksi.
c.    Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
d.   Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
e.    Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
f.     Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

3.    INTERVENSI
a.    Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
intervensi:
1)   Kaji pola makan anak.
2)   Berikan makanan secara adekuat.
3)   Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4)   Timbang berat badan.
5)   Berikan makanan kesukaan anak.
6)   Berikan makanan tapi sering.
Rasional:
1)   Mengetahui intake dan output anak.
2)   Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang.
3)   Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
4)   Mengetahui perkembangan anak.
5)   Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak.
6)   Mempermudah proses pencernaan.

b.   Hipertermi b/d proses infeksi.
Intervensi:
1)   Pantau suhu tubuh.
2)   Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres.
3)   Hindari mengigil.
4)   Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.
Rasional:
1)   Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih.
2)   Dapat menyebabkan efek neurotoksi.
3)   Mengurangi penguapan tubuh.
4)   Dapat membantu mengurangi demam.

c.    Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.
Intervensi:
1)   Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
2)   Auskultasi bunyi nafas.
3)   Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler.
4)   Berikan tambahan oksigen.


Rasional:
1)   Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2)   Mengetahui adanya bunyi tambahan.
3)   Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru.
4)   Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru.

d.   Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
Intervensi:
1)   Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri.
2)   Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
3)   Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
4)   Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri.
5)   Berikan analgesic sesuai indikasi.
Rasional:
1)   Teknik-teknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi.
2)   Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak.
3)   Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan.
4)   Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan.
5)   Mengurangi nyeri.

e.    Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
Intervensi:
1)   Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
2)   Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
3)   Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
4)   Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman.
Rasional:
1)   Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2)   Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak.
3)   Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas.
4)   Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

f.     Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
Intervensi:
1)   Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas (mis.renda, sedang, parah).
2)   Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
3)   Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
4)   Hindari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan lancar”.
Rasional:
1)   Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2)   Pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3)   Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
4)   Harapan–harapan palsu akan diintervesikan sebagai kurangnya pemahaman atau kejujuran.
5)   M. Tumbuh Kembang Anak Usia 0 -5 Tahun
6)   Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini, terutama sebelum anak berumur 3 tahun, agar dapat segera di intervensi. Apabila deteksi terlambat, yang menyebabkan penanganan terlambat sehingga penyimpangan akan sulit untuk diperbaiki.
Terdapat beberapa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan antara lain:
a)    Masa dalam kandungan (prenatal), masa Neonatal (0 – 28 hari), masa Bayi (>6 bulan) terjadi stanger anxiety (cemas).
-       Menangis keras
-       Pergerakan tubuh yang banyak
-       Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
b)   Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
-       Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain.
-       Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis.
-       Pengingkaran / denial.
-       Mulai menerima perpisahan.
-       Membina hubungan secara dangkal.
-       Anak mulai menyukai lingkungannya.
c)    Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif.
-       Menolak makan
-       Sering bertanya
-       Menangis perlahan
-       Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan


d)   Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan;
-       Meninggalkan lingkungan yang dicintai.
-       Meninggalkan keluarga.
-       Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan.
e)    Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang muncul:
-       Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
-       Tidak kooperatif dengan petugas
-       Bertanya-tanya
-       Menarik diri
-       Menolak kehadiran orang lain
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi. Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
-       Takut
-       Cemas
-       Perasaan sedih
-       Frustasi
Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi
-       Marah
-       Cemburu
-       Benci
-       Rasa bersalah
Reaksi lingkungan sosial terhadap hospitalisasi
-       Acuh tak acuh
-       Terkesan menghindar\



Intevensi perawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi.
Fokus intervensi keperawatan adalah:
-       Menimalkan stressor
-       Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
-       Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
-       Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress. Dapat dilakukan dengan cara:
-       Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
-       Mencegah perasaan kehilangan control
-       Mengurangi / menimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri
-       Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan:
-       Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
-       Modifikasi ruang perawatan
-       Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, surat menyurat, bertemu teman sekolah
Mencegah perasaan kehilangan control:
-       Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif
-       Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
-       Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
-       Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
-       Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
-       Menghadirkan orang tua bila mungkin
-       Tunjukkan sikap empati
-       Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita dan gambar
-       Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak:
-       Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar
-       Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak- Meningkatkan kemampuan kontrol diri
-       Memberi kesempatan untuk sosialisasi
-       Memberi support kepada anggota
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit:
-       Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
-       Kenalkan pada pasien yang lain
-       Berikan identitas pada anak
-       Jelaskan aturan rumah sakit
-       Laksanakan pengkajian
-       Lakukan pemeriksaan fisik
Dampak hospitalisasi:
Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.









DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapeus.

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Jakarta : EGC.

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar