Minggu, 30 Oktober 2011

Askep Rheumatoid Arhtritis

BAB
PEMBAHASAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.    PENGERTIAN

Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

(www.medicastore.com)


2.    ETIOLOGI

Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1.    Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid faktor

2.    Faktor metabolic

3.    Infeksi dengan kecenderungan virus

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
-       Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Rematoid
-       Gangguan Metabolisme
-       Genetik
-       Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
3.    PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.




Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :              

a.    Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.

b.    Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c.    Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.


4.    TANDA DAN GEJALA

a.    Tanda dan gejala setempat

q Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.

q Lambat laun membengkak, panas merah, lemah

q Poli artritis simetris sendi perifer à Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar  seringkali terkena juga

q Artritis erosif à sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
q Deformitas à pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
q Rematoid nodul à merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
q Kronik à Ciri khas rematoid arthritis
b.   Tanda dan gejala sistemik

-       Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.

Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:

1)   Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
2)   Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
3)   Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang






5.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.    Tes serologi

·      Sedimentasi eritrosit meningkat

·      Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis

·      Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

a.      Pemerikasaan radiologi

·      Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi

·      Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

b.   Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

6.    PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
a.    Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b.    memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
c.    Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.    Istirahat
2.    Latihan fisik
3.    Panas
4.    Pengobatan
a.    Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b.    Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
c.    Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d.   Garam emas
e.    Kortikosteroid
5.    Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:

1)   Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.

2)   Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.

3)   Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

4)   Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
1)   Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit ini
2)   Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
3)   Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
4)   Termoterapi
5)   Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
6)   Pemberian Obat-obatan :
-       Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.
-       Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
-       Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)
-       Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
-       Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
-       Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
-       Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
-       Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
-       Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

7.    KOMPLIKASI
a.    Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b.    Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c.    Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d.   Terjadi splenomegali

B.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1)   PENGKAJIAN

a.    Riwayat Keperawatan

o  Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o  Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
b.    Pemeriksaan Fisik
o  Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o  Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
§  Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
§  Catat bila ada krepitasi
§  Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o  Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
§  Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
§  Ukur kekuatan otot
o  Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o  Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c.    Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.






2)   PENGKAJIAN 11 POLA GORDON
a)    Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
-       Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
-       Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
-       Riwayat keluarga dengan RA
-       Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
-       Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b)   Pola Nutrisi Metabolik
-       Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
-       Riwayat gangguan metabolic
c)    Pola Eliminasi
-       Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d)   Pola Aktivitas dan Latihan
-       Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
-       Jenis aktivitas yang dilakukan
-       Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
-       Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e)    Pola Istirahat dan Tidur
-       Apakah ada gangguan tidur?
-       Kebiasaan tidur sehari
-       Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
-       Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f)    Pola Persepsi Kognitif
-       Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g)   Pola Persepsi dan Konsep Diri
-       Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
-       Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?


h)   Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
-       Bagaimana hubungan dengan keluarga?
-       Apakah ada perubahan peran pada klien?
i)     Pola Reproduksi Seksualitas
-       Adakah gangguan seksualitas?
j)     Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
-       Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k)   Pola Sistem Kepercayaan
-       Agama yang dianut?
-       Adakah gangguan beribadah?
-       Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

3)   DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu:

1.    Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.

3.    Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

4.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5.    Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.



4)   INTERVENSI
a.    Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic, Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
-       Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
-       Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
-       Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
-       Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional :
1)   Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
2)   Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
3)   Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
4)   Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
5)   Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
6)   Berikan masase yang lembut
R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri
7)   Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping
8)   Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
9)   Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
10)    Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.


11)    Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode aku.

b.   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot
.
Dapat dibuktikan oleh :
-       Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
-       Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

-       Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.

-       Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.

-       Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:

1)   Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi

2)   Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.

R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan

3)   Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan

R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
4)   Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.



5)   Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.
R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memper-tahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
6)   Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
R/ Mencegah fleksi leher
7)   Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
8)   R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilita
9)   Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh
10)    Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
11)    Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas
12)    Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

c.     Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas

c.    Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh :

-       Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :

-       Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.

-       Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

-       Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:

1)   Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.

2)   Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional

3)   Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.

R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri

4)   Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.

R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran

5)   Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan actual

6)   Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi.

R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah


d.   Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Dapat dibuktikan oleh :
-       Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.
-       Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
-       Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
-       Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:.
1)   Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2)   Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
3)   Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks
4)   Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis
5)   Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur.
R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari
6)   Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi
7)   Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya
8)   Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
9)   Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
10)    Berikan informasi mengenai alat bantu
R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
11)    Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi
R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
12)    Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
13)    Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
14)    Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
15)    Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.
16)    Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).
R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.

5)   EVALUASI
1.    Prilaku yang adaptif sehubungan dengan adanya masalah konsep diri
2.    Nyeri dapat berkurang
3.    Mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari
4.    Komplikasi dapat dihindari
5.    Meningkatkan mobilitas
6.    memahami cara perawatan di rumah




























DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Buku Ajar. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.  Jakarta: EGC.

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.

Stephen J. McPhee. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC.

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar