Minggu, 06 November 2011

Makalah Aneurisma

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEURISMA

A.  KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.    Pengertian
Aneurisma merupakan pelebaran pembuluh darah arteri.

2.    Etiologi
-       Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding pembuluh darah yang lemah itu terdapat di otak.
-       Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh darah.
-       Terjadi peradangan pada aorta
-       Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan
Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
-       Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang dengan tingkat stres tinggi maupun perokok.

3.    Patofisiologi
Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila timbul aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.

4.    Manisfestasi Klinis
a.    Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:
-       Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi
-       Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan
-       Nadi perifer lemah atau asimetris
b.    Manifestasi klinis khusus untuk aneurisma aorta abdominalis :
-       Massa abdominalis pulsasi abnormal (gambaran paling menonjol)
-       Keluhan-keluhan perasaan ”denyut jantung” pada abdomen bilang terlentang
-       Nyeri punggung bawah atau abdomen
-       Desiran (bunyi mendesis) pada auskultasi massa dengan diafragma stetoskop
c.    Manifestasi klinis khusus pada aneurisma aorta torakal (menunujkan tekanan massa terhadap struktur intratorakal) :
-       Nyeri dada menyebar ke punggung dan memburuk bila pasien ditempatkan pada posisi terlentang. Pada anuerisma diseksi, nyeri mengikuti arah dimana pemisah berlanjut
-       Perbedaan bermakna pada pembacaan TD diantara lengan
-       Dispnea dan batuk (menunjukan tekanan terhadap trakea)
-       Suara sesak (menunjukan tekanan terhadap saraf laring)
-       Disfagia (menunjukan tekanan terhadap esofagus)

5.    Pemeriksaan Diagnostik
-       Pemeriksaan radiologis membantu mendefinisikan lokasi dan memastikan adanya dan ukuran anuerisma
-       Aortogram memastikan diagnosa aneurisma
-       EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan penyakit jantung sebagai penyebab nyeri dada
-       Angiography. Angiography juga menggunakan pewarna khusus menyuntikkan ke dalam aliran darah unutk membuat dalam dari arteri muncul pada gambar x-ray. Sebuah angiogram menunjukan jumlah kerusakan dan halangan dalam pembuluh darah.

6.    Penatalaksanaan Medis Umum
-       Farmako terapi :
Ü Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau kurang
Ü Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan menurunkan kontraktilitas miokard.
-       Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki kontinuitas vaskular.

7.    Komplikasi
Komplikasi utama berkenaan dengan aneurisma adalah ruptur, yang menimbulkan hemoragi dan kemungkinan kematian. Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

B.  Konsep Dasar Keperawatan
1.    Pengkajian
a.    Pemerikasaan Fisik (11 pola Gordon)
1)   Pola Persepsi Kesehatan
-       Kaji apakah klien mempunyai bakat atau bawaan lemahnya pembuluh darah
-       Kaji apakah pasien mempunyai riwayat ateroklerosis
-       Kaji apakah pasien mempunyai riwayat pembuluh darah
2)   Pola Nutrisi Metabolik
-       Kaji apakah nafsu makan klien berkurang
3)   Pola Eliminasi
-       Kaji frekuensi bab dan bak pasien
4)   Pola Aktivitas dan Latihan
-       Kaji apakah klien ada merasakan nyeri dan di daerah mana nyeri tersebut
-       Kaji apakah klien membutuhkan bantuan orang lain saat melakukan , aktivitas sehari-hari
-       Detensi vena-vena superfisial pada dada, leher, atau lengan (menunjukkan tekanan pada vena kava superior)
5)   Pola Tidur dan Istirahat
-       Kaji apakah klien mengalami insomnia
-       Kaji apakah istirahat klien cukup
6)   Pola Persepsi Kognitif
-       Kaji mekanisme koping klien
-       Kaji apakah klien ada menggunakan alat bantu pendegaran, penglihatan, cek terakhir?
-       Pupil tak sama (menunujkan tekanan pada rantai simpatis servikal)
7)   Pola Persepsi dan Konsep Diri
-       Kaji apakah klien merasa putus asa/frustasi
8)   Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
-       Kaji bagaimana hubungan klien dengan sesama, keluarga
9)   Pola Reproduksi – Seksualitas
-       Kaji apakah klien mengalami perubahan atau masalah yang berhubungan dengan penyakit yang di derita klien
10)    Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
-       Kaji adakah gangguan penyesuain diri terhadap lingkugan dan situasi baru
-       Kaji ketidakmampuan koping klien terhadap berbagai hal
11)    Pola Sistem Kepercayaan
-       Apakah klien menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya
b.    Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.

2.    Diagnosa keperawatan
a.    Nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta
b.    Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta
Hasil yang diharapkan :
–   Mendemonstrasikan hilangnya nyeri
–   Melaporkan penurunan intensitas nyeri
–   Ekspresi wajah rileks
–   Tak ada merintih
Rencana Tindakkan :
1. Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan seperlunya. Namun gunakan amanlgesik narkotik secara hemat.
R/: Analgesik memblok jaras nyeri. Dosis besar narkotik dapat menutupi gejala-gejala.
2. Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau memburuk
R/: Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan seperlunya intervensi pembedahan segera.
3. Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
R/: Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.

b. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Ruptur berhubungan dengan aneurisma aorta
Hasil yang diharapkan :
–   Mendemonstrasikan tak adanya komplikasi
–   TD tetap antara 90/60-120/80 mmHg
–   Tak adanya manisfestasi syok hipovoleksmik

Rencana Tindakan :
1. Pantau masukan dan halauran setiap jam bila halauran urine 8 jam kurang dari 240 ml sebaliknya setiap 8 jam.
R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi.
2. Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila di UPI, sebaliknya 2-4 jam.
R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi
3. Pantau kualitas nyeri setiap 1-2 jam
R/: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan untuk deteksi dini komplikasi
4. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler’s
R/: Tirah baring menurunkan penggunaan energi. Posisi tegak memudahkan pernapasan.
5. Beritahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa tersobek, syok (kulit dingin dan lembab, disertai dengan hipotensi, takikardia dan pucat)
R/: Tindakan segera diperlukan unutk menyelamatkan hidup pasien.





DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Jilid 2. EGC : Jakarta.

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar